Bahkan para keponakannya menganggap Dr. Letty sebagai sosok ibu kedua.
Apalagi mereka pernah diasuh oleh Dr. Letty karena orang tuanya bekerja di Luar Negeri.
"Sosok Bunga di mata kami sudah seperti ibu kedua. Saya pernah diasuh selama dua sampai tiga tahun karena waktu itu orang tua saya lagi tugas di Italia." kenang Zaza, keponakan Dr. Letty.
Bunga merupakan sapaan khusus keponakan Dr. Letty untuk sang dokter.
Panggilan tersebut berasal dari Bahasa Bengkulu, Ibu dan Inga.
Inga artinya di tengah atau Ibu di tengah.
Menurut keterangan Zaza, Dr. Letty dipanggil Bunga karena almarhumah tantenya itu merupakan anak ketiga dari lima bersaudara, posisinya berada di tengah.
Fiko, salah satu keponakan Dr. Letty juga menyatakan bahwa tantenya merupakan sosok yang baik. Fiko merupakan putra dari Afifi Bachtiar, kakak kandung Dr. Letty.
"Sama saya deket banget, juga sama keponakan-keponakannya yang lain. Kalau saya datang ke Jakarta mau apa aja pasti dituruti," kenang Fiko.
"Terakhir Bunga ke Bengkulu itu pas Lebaran Haji tahun ini. Om nggak ikut, makanya saya nggak deket bahkan nggak tau," tambah Fiko.
Kini, Dr. Letty telah tiada. Menyisakan duka di hati kerabat dan keluarganya.
Namun mereka berharap agar arwah Dr. Letty tenang dan mendapatkan tempat terbaik di sisi-Nya.
Untuk pelaku pembunuhan, Dr. Helmy, suami Dr. Letty, mereka berharap supaya hukum ditegakkan seadil-adilnya.
Nyawanya Berakhir di Tangan Suami
Sebelumnya, Dr. Letty ditembak mati oleh suaminya dengan enam tembakan di tempat korban bekerja, tepatnya di Azzahra Medical Center, Jalan Dewi Sartika, Jakarta Timur.
Kejadian itu berlangsung pada Kamis, 9 November 2017, sekitar pukul dua siang.
Setelahnya, Dr. Helmy, pelaku penembakan yang merupakan suami korban menyerahkan diri ke Polda Metro Jaya.
Polisi menyita dua unit senjata api dari tangan pelaku. (*)
(Artikel ini tayang di Tribunnews dengan judul: Nyawanya Berakhir di Tangan Suami, Dokter Ramah Itu Telah Pergi Meninggalkan Kenangan Manis)
Nyesek, Abidzar Al Ghifari Sampai Lakukan Ini Demi 'Hadirkan' Mendiang Uje di Pernikahan sang Adik, Umi Pipik Auto Mewek
Penulis | : | Aditya Prasanda |
Editor | : | Aditya Prasanda |