Grid.ID - Seorang tukang pijat sebut saja Pak Dar malam itu memijat Doni pasien atau pelanggannya.
Pak Dar tinggal di Mranggen Demak dan sering dipanggil oleh pelanggannya yang minta dipijat, di beberapa lokasi di Kota Semarang.
Pak Dar biasa on call untuk melayani pijat.
Pak Dar (50) juga sering dipanggil untuk memijat beberapa prajurit TNI AL jika ada kapal perang merapat di Tanjung Emas.
Pelanggannya terdiri dari berbagai kalangan, tak terkecuali tetangga sendiri.
Bapak dua anak ini juga bisa memijat orang yang mengalami keseleo atau salah urat.
Namun pelanggan yang sering memanggilnya adalah pijat capek-capek, pegel linu.
Selain memijat, Pak Dar juga menjadi pemasok plastik bungkus di beberapa toko.
Syahnaz dan Jeje Govinda yang Tunangan, Penampilan Nagita Slavina yang Justru Bikin Salah Fokus
Dua pekerjaan yang dijalani tiap hari.
Seperti dikutip Grid.ID dari Tribunjateng.com, Doni mengaku senang dipijat Pak Dar karena bisa pas pada urat-urat yang capek dan cukup kuat pijatannya sesuai selera pelanggan.
Demikian juga pengakuan Didik pelanggan Pak Dar.
Sejak pertama dipijat Pak Dar tiga tahun silam, hingga kini nggak beralih langganan.
Mencekam, Polres Dibakar, 2 Orang Meninggal Dunia, Polisi Temukan Sepucuk Surat Isinya Menyeramkan
Minimal dua bulan sekali pijat dengan dia.
Bahkan Pak Dar juga sering diminta untuk bekam atau hijamah.
Sambil memijat Didik, Pak Dar bercerita. Dia punya pelanggan setia di Tlogosari.
Suatu hari Pak Dar sedang di rumahnya di Mranggen.
Dalam kondisi setengah tersadar dia didatangi oleh sosok kakek yang dia kenal sebagai pelanggannya.
Kakek itu tinggal di Tlogosari Semarang.
Dia biasa disapa Pak Tan, seorang penderita liver.
Tapi sejak keluar dari rumah sakit beberapa tahun silam, hingga kini tidak mau lagi dirawat di rumah sakit.
Entah kenapa dia tak mau lagi dibawa ke rumah sakit.
"Dalam seminggu bisa dua kali saya dipanggil oleh Pak Tan untuk memijatnya.
Dia menderita liver sudah lama.
Bahkan sudah sembilan tahun saya menjadi tukang pijat yang sering dipanggil ke rumahnya," kata Pak Dar, yang juga korban penggusuran di Kebonharjo Semarang Utara.
Pak Tan adalah keluarga kaya.
Dia tinggal di Tlogosari.
Anak-anaknya sudah berkeluarga dan tinggal di Singapura, Hongkong, Amerika dan Australia. Ada juga anaknya tinggal di Semarang dan Jakarta.
Kakek yang dimaksud adalah Pak Tan (76). Dia datang mengenakan baju kimono garis-garis biru sebagaimana biasa dipakai saat minta dipijat. "Saat dia datang hanya melihatku saja. Dia nggak bicara apa-apa. Tak lama kemudian pergi," tutur Pak Dar seperti dikutip Grid.ID dari Tribunjateng.com, Sabtu (4/11/2017) di Mranggen.
Pak Dar nggak tahu bahwa Pak Tan sudah meninggal.
Dua minggu kemudian Pak Dar menelepon anaknya Pak Tan yang biasa menghubunginya. Pak Dar menanyakan apa kabar Pak Tan.
Betapa kagetnya Pak Dar, anak perempuan itu menjawab bahwa Pak Tan sudah meninggal beberapa hari lalu.
Pak Dar sangat terkejut.
Bukan hanya kaget karena ada sosok kakek yang mendatanginya, melainkan juga sedih kenapa Pak Tan meninggal dunia tapi tak ada kerabat yang mengabari Pak Dar.
Toh langganan sudah 9 tahun bukan waktu yang sebentar.
Pak Dar sudah menganggap Pak Tan seperti majikannya, lebih dari sekadar pelanggan pijat.
Begitu dikabari bahwa Pak Tan sudah dikebumikan, Pak Dar lemas.
"Berarti sosok bayangan Pak Tan yang datang malam-malam itu sebenarnya pingin ngabari saya. Tapi saya kurang tanggap, kurang paham," ujar Pak Dar sambil tangannya terus memijat.
Begitu dikabari, keesokan harinya Pak Dar bergegas ke rumah Pak Tan untuk turut berduka.
Di sana dia bertemu dengan kerabat dan keluarga Pak Tan.
Mereka keluarga Pak Tan menyangka bahwa Pak Dar sudah tahu tentang meninggalnya Pak Tan.
Tukang pijat ini minta maaf karena nggak datang saat pemakaman, memang benar-benar tidak tahu berita duka itu.
Hingga kini keluarga Pak Tan masih menganggap Pak Dar sebagai orang yang bisa merawat dan suka membantu.
Pak Dar pun mendoakan Pak Tan. (*)
Viral, Warung Mie Ayam di Magelang Ini Banderol Harga Rp 2 Ribu per Mangkok, Penjual Akui Gak Rugi dan Malah Makin Laris, Ini Alasannya
Penulis | : | Aditya Prasanda |
Editor | : | Aditya Prasanda |