Science Alert pada Selasa (6/2/2019), menyebut pulau Sulawesi berada di tengah-tengah teka-teki lempeng tektonik.
Persimpangan yang paling aktif di sana adalah sesar Palu-Koro, yang terdiri dari lempeng saling bergeser secara lateral terhadap arah yang berlawanan dalam mode strike-slip.
Bila lempeng strike-slip bergerak dengan kecepatan supershear, secara teoritis gempa dimulai di zona yang sedikit lebih kasar sebelum akhirnya mengeluarkan kecepatan penuh.
Para ahli berpendapat, pola zig-zag yang kompleks di patahan Palu-Koro menyulitkan gempa dengan peningkatan kecepatan.
Salah satu data yang membuktikan bahwa gempa Palu tergolong supershear adalah adanya data gempa susulan dari citra satelit yang menunjukkan gempa bergerak sejauh 150 kilometer hanya dalam 35 detik.
Hal ini dibuktikan oleh ahli dari Universitas California, Los Angeles (UCLA).
Mereka menggunakan data teleseismik dan penginderaan jarak jauh gempa untuk menghasilkan pencitraan terperinci dari proses patahan.
Data itu menunjukkan kecepatan gempa palu 4,1 kilometer per detik.
Sementara itu, studi lain yang dilakukan ilmuwan Université Savoie Mont Blanc di Perancis menambahkan detail tambahan pada struktur patahan.
Mereka menggunakan citra satelit untuk memetakan patahan utama dan struktur sekunder yang terkait gempa.
Wasiat Sandy Permana Sebelum Tewas Dibunuh, Ingin Istri Lanjutkan Bisnis Pentol
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | None |
Editor | : | Ngesti Sekar Dewi |