"Aku tidak marah padamu, karena kamu terlibat menyakiti anakku,"
"Aku marah pada iblis,"
"Aku menyalahkan iblis,"
"Yang telah membimbing dan menuntunmu ke jalan yang salah,".
"Untuk melakukan sebuah kejahatan yang mengerikan,"
"Memaafkan.... menjadi berkah atau amalan terbesar, dalam Islam,"
Setelah mengatakan hal tersebut, ruang sidang diselimuti rasa haru luar biasa.
Pengacara Relford, seorang wanita kulit putih, terlihat menangis.
Bahkan, hakim sampai memutuskan sidang reses, karena terus menerus mengusap air matanya.
Relford sendiri hanya bisa meminta maaf kepada Munim.
"Aku sungguh kagum padamu, karena hanya orang kuatlah, yang bisa memaafkan mereka yang telah menyakiti orang tercintanya," ujar Relford.
"Aku tak bisa membayangkan kepedihan di hatimu, aku sungguh minta maaf dan berterima kasih untuk semuanya," ujar Relford.
Setelah itu, Munim menyalami Relford.
Ia pun memeluk Relford dengan hangat, seperti pelukan seorang ayah pada anaknya.
Terlihat Relford, seorang pemuda dengan badan tegap, tak bisa membendung air matanya.
Saat tinggal di Amerika, Abdul Munim bekerja sebagai pengawas di sebuah sekolah Islam.
Saat ini Munim menjalani hidup di Thailand. (*)
Penulis | : | Aji Bramastra |
Editor | : | Aji Bramastra |