Dia berbohong pada suaminya dan tetap mempertahankan kebohongannya, dan itu menjadi beban untuknya.
Tidak ada yang perlu disembunyikan dengan pasangan, katakanlah jujur apa adanya. Cinta adalah menemukan seseorang yang mencintai Anda di luar kesusahan, sekalipun itu tentang keperawanan.
Baca Juga : 28 Tahun Tak Konsumsi Gula, Penampilan Nenek 70 Tahun ini Masih Seksi dan Bugar
Suatu keputusan yang telah dipilih akan menimbulkan konsekuensi, jangan hanya mendengar dari satu pihak. Harus mendengarkan kata hati tidak hanya menuruti keinginan.
Cobalah terbuka dan bicarakan segala hal dengan pasangan anda. Belajar dari cerita Swati tersebut, banyak pesan yang dapat kita ambil, kejujuran adalah baik meskipun itu pahit.
Bicarakan segala seuatu dengan pasangan, keterbukaan menjadi kunci sebuah hubungan berjalan adil untuk kedua pihak.
Ketika Keperawanan Dipersoalkan
Dalam buku Healthy Sexual 3 terbitan PT Intisari Mediatama persoalan keperawanan ini juga dibahas secara mendalam.
Di masa lalu, darah di malam pertama menjadi tanda keperawanan seorang wanita. Sehelai kain putih dijadikan alas tidur kedua mempelai.
Jika di pagi hari tak ada bercak, secara adat sang suami berhak mengembalikan mempelai putri pada keluarganya.
Baca Juga : Kisah di Balik Tren Lelang Keperawanan, Harga Tertinggi Pernah Capai Rp 38 Miliar
Pernikahan batal. Bahkan ada yang menuntut mahar dikembalikan.
Source | : | intisari online |
Penulis | : | None |
Editor | : | Ngesti Sekar Dewi |