Dilansir dari Psychology Today, tim peneliti dari University of Pisa menemukan bahwa pada tahap awal dari hubungan romantis, aktivitas hormon adrenalin, dopamine, oksitosin, norepineprine, dan phenylethylamine (PEA — amfetamin alami yang juga terdapat dalam cokelat dan ganja) bercampur aduk dan meningkat ketika muncul rasa saling ketertarikan antara dua insan, atau lebih.
PEA jugalah yang berperan memunculkan hasrat yang sangat mendalam untuk bersatu dengan kekasih.
(BACA: Lucunya Rafathar Gandeng Gempi, Eh Gempi Ngeluh Kepanasan! Simak Yuk Videonya)
Uniknya, selama fase euforia, efek relaksasi yang didapatkan dari hormon “mood baik” serotonin akan menurun dan tergantikan dengan obsesi terhadap hubungan.
Sehingga bukannya tidak mungkin kita jadi terus-terusan mengingat kenangan romantis bersamanya.
Peningkatan hormon ini sepenuhnya merupakan hal yang alami.
Mendua
Seperti yang dilansir dari WomansHealth, ketika seseorang merasa bahagia dan nyaman dengan dirinya, ia jugakan lebih percaya diri dan lebih mudah terbuka dengan orang-orang baru.
Terutama ketika hidupnya mengalami perubahan ke arah yang lebih positif, misalnya ketika sudah mapan dalam ekonomi atau tubuh yang kini lebih sehat dan bugar setelah sukses menjalani gaya hidup sehat.
(BACA: Lucunya Rafathar Gandeng Gempi, Eh Gempi Ngeluh Kepanasan! Simak Yuk Videonya)
Di momen inilah orang bisa merasakan percikan-percikan rasa tertarik pada orang lain, walaupun ia sudah punya pasangan.
Gagal Move On dan Tak Terima sang Mantan Pacar Sudah Punya Kekasih Baru, Pria Ini Culik sang Wanita tapi Keciduk Polisi, Begini Akhirnya
Penulis | : | Atikah Ishmah W |
Editor | : | Atikah Ishmah W |