Grid.ID – Di balik kehidupan yang modern dan kemajuan teknologi yang pesat, tak bisa dipungkiri jika di beberapa belahan dunia masih tersimpan kearifan lokal yang tradisonal.
Jauh di dalam hutan Amazon dan terisolasi dari dunia luar, kita bisa mendapati suku Zoe yang memahami betul arti kebahagiaan.
Tersembunyi jauh dari kemajuan yang mengancam budaya leluhur mereka, suku Zoe tidak memakai alas kaki.
Baca Juga : Kisah 3 Wanita Kota Cantik yang Nikahi Suku Pedalaman, Karena Cinta?
Sentuhan dan interaksi mereka dengan Bumi seakan tergambar dari hal ini.
Dalam keseharian, mereka hidup dengan tenang dan damai.
Berbeda dengan gambaran kehidupan sosial saat ini, terutama ketika mulai tercampur dengan urusan politik.
Mereka selalu bersama dan jauh dari individualisme.
Bahkan kehidupan mereka yang berlangsung di tengah linkungan keras dan tidak bersahabat, tidak membuat mereka menjadi seorang yang keras.
Baca Juga : Mengenal Suku Kalash, Tempat Para Wanita Bermata Biru Bermukim
Mereka bahkan berhasil membangung kehidupan yang tenang.
Tidak heran bila mereka mendapat predikat sebagai suku yang paling bahagia dan damai.
Mereka juga dikenal dengan keramahan dan perilaku yang menunjukkan kasih sayang.
Hal ini terlihat dari perilaku mereka yang rutin menyentuh dan membelai sebagai rasa hormat dan cinta.
Baca Juga : Mengenal Tradisi Potong Jari Suku Dani Sebagai Bentuk Rasa Kehilangan
Suku Zoe hidup di dalam hutan Amazon, Brasil, di antara tepi sungai erepecuru cuminapanema. Rumah mereka terbuat dari kayu besar dan atap yang terbuat dari jerami serta dedaunan besar.
Satu keluarga yang tinggal di dalam rumah tersebut berbagai fasilitas, seperti kasur gantung yang terbuat dari serat yang di buat oleh para wanita.
Ketika berburu, mereka akan melakukannya secara sendiri-sendiri.
Namun bila sumber makanan mereka ini tersedia banyak—monyet, ikan, atau burung—mereka akan berburu secara berkelompok.
Tujuannya adalah agar proses berburu menjadi lebih mudah.
Baca Juga : Suku di Dunia ini Miliki Kekuatan Super, Salah Satunya di Indonesia
Suku Zoe memakai sepotong kayu berbentuk kerucut yang dipasang menembus bawah bibir mereka.
Kayu tersebut bernama Poturu. Fungsinya adalah untuk mebedakan suku Zoe dengan suku lainnya.
Sejak kecil, antara usia 7 hingga 9 tahun, Suku Zoe memasangkan Poturu kepada anak-anaknya.
Bahkan Poturu juga akan diganti dengan Poturu yang lebih besar, seiring dengan pertambahan usia mereka.
Tidak berhenti sampai di situ, mereka bahkan mengenakan Poturu hingga embusan nafas terakhir.
Suku Zoe dalam kehidupan sosialnya tidak mengenal adanya pemimpin.
Mereka lebih senang mendengarkan nasihat dari para sesepuh. Sebuah keputusan pun diambil secara bersama-sama.
Walau hidup di hutan belantara Amazon yang gelap dan kejam, tetapi mereka bisa tetap hidup secara bersama-sama dan berdampingan.
Tidak ada kemarahan bahkan perselisihan. Hukumannya berat bila mereka terlibat perselisihan. Mereka harus pergi meninggalkan keluarga dan desa tersebut. (*)
Artikel ini telah tayang di National Geographic dengan judul, “Suku Zoe, Suku Pedalaman Paling Bahagia Terisolasi dari Dunia Luar”
Viral, Pernikahan Ini Sajikan Menu Mie Instan untuk Undangan yang Datang padahal Tajir, Tamu: Kami Juga Bawa Bekal Sendiri
Source | : | National Geographic Indonesia |
Penulis | : | None |
Editor | : | Ngesti Sekar Dewi |