Jika orang itu mengalami infeksi kulit, maka penyakit bisa disebarkan melalui pakaian.
Serat kain merupakan lingkungan yang paling disukai oleh kutu, bakteri, dan virus untuk berkembang biak.
(BACA: Kreatif! Siapa Sangka Kalau Karya Seni Ini Manfaatkan Berbagai Macam Produk Apple, Penasaran?)
Virus flu dan norovirus, misalnya, dapat bertahan di kain dan permukaan keras hingga 48 jam.
Jika seseorang yang sebelumnya menggunakan pakaian menderita flu, maka virus bisa bertahan sekitar satu hari atau lebih dan menyebar ke orang berikutnya.
Pada beberapa kasus, pewarna sintetis yang masih melekat pada serat-serat pakaian dapat menyebabkan dermatitis kontak, yakni peradangan kulit akibat kontak dengan suatu zat alergen tertentu.
Apa saja bahan kimia berbahaya yang ditemukan pada produk pakaian baru?
(BACA: Pantesan Gilang Dirga Jatuh Hati! Begini Tampilan Adiezty Fersa Kala Bersama Sang Suami)
- Chromium IV: sering ditemukan pada bahan kulit dan wol yang dapat menyebabkan kontak dermatitis
- DMF: digunakan untuk mencegah jamur dan produk pakaian dari kulit menjadi lembab. DMF dapat menyebabkan eksim yang sulit diobati.
- Alkofenon: digunakan untuk produksi tekstil dan kulit, merupakan zat yang beracun bagi lingkungan
- Pewarna dispersi: yang bisa menyebabkan alergi dan ruam
Penulis | : | Jeanne Pita |
Editor | : | Jeanne Pita |