Grid.ID - Fakta kasus terduga teroris di Sibolga sempat menghebohkan publik lantaran sang istri nekat meledakkan diri dengan menggunakan bom lontong.
Tak hanya itu, makta kasus terduga teroris di Sibolga itu juga mengungkap bahwa sang istri tega menyandera anak kandungnya sebelum meledakkan diri.
Kasus terduga teroris di Sibolga terungkap setelah adanya ledakan bom ketika pihak kepolisian hendak menangkap Husain alias Abu Hamzah.
Baca Juga : Kondisi Terkini Rumah Terduga Teroris di Sibolga, Polisi Temukan Daging Istri Abu Hamzah Berserakan
Mengutip dari kompas.com, terdapat ledakan bom di Sibolga, Sumatera Utara pada Selasa, (12/3/2019) pukul 14.23 WIB.
Tak hanya itu, ledakan bom kembali terjadi pada Rabu (13/3/2019) pukul 01.20 WIB di Jl. KH Ahmad Dahlan Gang Sekuntum, Kelurahan Pancuran Bambu, Kecamatan Sibolga Sambas, Siboglga, Sumatera Utara.
Pada dini hari tersebut terdengar dua kali ledakan bom yang membuat masyarakat sekitar panik dan berlari berhamburan untuk menyelamatkan diri.
Baca Juga : Detik-detik Istri Terduga Teroris Bunuh Diri Ledakkan Bom di Sibolga, Warga Terluka : Tolong Pak Polisi
Adanya bom bunuh diri itu membuat Kapolda Sumut Irjen Pol Agus Andrianto langsung turun ke lapangan bersama anak buahnya untuk mengamankan situasi.
Berikut ini 7 fakta kasus terduga teroris di Sibolga yang Grid.ID lansir dari berbagai sumber.
1. Tinggal di Pemukiman Padat Penduduk
Baca Juga : Mengenal Bom Lontong, Peledak yang Digunakan Istri Terduga Teroris Sibolga untuk Bunuh Diri
Mengutip dari laman Tribun Medan, seorang warga bernama R Siregar mengaku mengenal sosok terduga teroris Husain alias Abu Hamzah dengan nama Upang.
Menurut R Siregar, keluarga Abu Hamzah yang terkenal pendiam dan tertutup itu pernah sekolah di pesantren, begitupun dengan istrinya.
Seorang anggota kepolisian yang berjaga di TKP, Zulham, menganggap terduga teroris Abu Hamzah memakai cara tak bisa untuk berbaur dengan masyarakat.
"Dia memilih tempat tinggal di mana banyak warga yang tinggal di sana. Lain dari teroris yang biasa," ungkap Zulham sambil berjaga di lokasi kejadian.
2. Menyandera Anak Kandungnya
Pada saat penangkapan Abu Hamzah, sang istri mengurung diri di dalam rumah dan menyandera ketiga anaknya.
Sang istri mengancam akan melakukan bom bunuh diri bersama dengan anak-anaknya.
3. Negosiasi dari Pihak Polisi Gagal
Sebelum adanya ledakan bom bunuh diri yang dilakukan istri Abu Hamzah tersebut, polisi sudah melakukan negosiasi.
Baca Juga : Diduga Teroris dan Hendak Bom Kontor Polisi, Pemuda ini Dilaporkan Oleh Orangtuanya Sendiri
Akan tetapi, negosiasi yang dilakukan pihak kepolisian tidak membuahkan hasil.
Seperti yang Grid.ID lansir dari laman Tribun Medan, Kepala Biro Penmas Divisi Humas Polri Brigjen Pol Dr Dedi Prasetyo mengatakan, pihaknya telah berusaha untuk membujuk istri Abu Hamzah untuk menyerahkan diri.
"Kami prihatin dengan kejadian yang terjadi di Sibolga bahwa untuk Tim Densus 88 dan Tim dari Polda Sumut bekerjasama dengan seluruh tokoh masyarakat yang ada di Sibolga," kata Brigjen Dedi di kampus UMSU, Rabu (13/3/2019).
"Kita sudah melakukan imbauan secara persuasif dan juga negosiasi kurang lebih selama 10 jam.
Tidak henti-hentinya terus mengimbau kepada pihak keluarga untuk istri terduga pelaku terorisme AH untuk menyerahkan diri," sambungnya.
4. Istri Lempar Bom dari Atas Rumah
Baca Juga : Menyoal Terorisme Saat Debat Capres 2019, Prabowo : Saya yang Bentuk Pasukan Anti Teror Pertama Indonesia
Kontributor ANTARA Jason Gultom dari Sibolga melaporkan dari ledakan tersebut tampak kepulan asap tebal di bagian atas rumah terduga teroris.
Diduga kuat, isteri terduga teroris melemparkan bom itu ke arah rumah warga dari atas rumahnya.
5. Istri Terkena Paham ISIS
Baca Juga : 10 Pelaku Sweeping di Solo Berhasil Ditangkap, Salah Satunya Adalah Mantan Narapidana Terorisme
Saat terjadinya negosiasi, Abu Hamzah sempat mengaku kepada polisi bahwa sang istri termasuk orang yang keras.
Dilansir Grid.ID dari laman Kompas.com, Brigjen Pol Dedi Prasetyo mengatakan jika Abu Hamzah mengungkap bahwa sang istri lebih militan atau memiliki pemahaman yang lebih keras daripada dirinya.
Oleh karena itu, meski telah dilakukan negosiasi kurang lebih 10 jam istri terduga teroris tetap meledakkan dirinya.
Baca Juga : TNI/Polri Bakal Terjunkan Pasukan Ahli Perang Hutan untuk Menyerbu Kelompok Teroris Ali Kalora
"Abu Hamzah menyampaikan kepada penyidik densus, istrinya lebih keras pemahamannya dibanding dia sendiri. Lebih militan istrinya. Makanya setelah dilakukan negosiasi dan imbauan selama hampir 10 jam, istrinya nekat melakukan suicide bombernya itu," ujarnya.
6. Merakit Puluhan Bom di Rumahnya
Husain alias Abu Hamzah disebut telah merakit puluhan bom yang diduga akan digunakan untuk menyerang aparat keamanan.
Baca Juga : Presiden Perintahkan Buru Teroris Ali Kalora, Moeldoko : Pokoknya Enggak Ada Toleransi, Harus Dihabisi
Brigjen Pol Dedi Prasetyo mengungkapkan, ada empat bom aktif yang dibawa istri AH.
"Dari hasil pengakuan pelaku AH itu ada sekitar puluhan bom yang sudah terakit. Yang aktif dan dibawa istrinya sekitar empat bom," kata Dedi Praseyto saat konferensi pers.
Selain itu, Dedi mengungkapkan, ditemukan pula bahan baku untuk merakit bom seperti potasium.
Baca Juga : Teroris Ali Kalora Mutilasi Warga, Kopassus dan Raider Siap Diterjunkan
Bom tersebut, katanya, diduga akan digunakan untuk menyerang aparat keamanan.
"Yang jelas dia akan melakukan tindakan amaliyah dengan sasaran aparat keamanan," ujar dia.
7. Gunakan Bom Lontong
Dikutip dari Antara, istri terduga teroris yang meledakkan diri pada dini hari, diduga menggunakan "bom lontong".
"Sementara dugaan kita dia menggunakan bom rakitan bom lontong. Kita masih menunggui perkembangan lebih lanjut dari lapangan," kata Karo Penmas Divisi Humas Polri, Brigjen Pol Dr Dedi Prasetyo di Medan, Rabu (13/3/2019).
Bom lontong tersebut merupakan bom rakitan dari pipa paralon yang berisikan berbagai bahan berbahaya seperti potasium, paku, baut, dan pecahan kaca. (*)
Kimberly Ryder Klarifikasi soal Lemari Plastik yang Jadi Omongan Netizen, Ada Sejarah Miris di Baliknya
Source | : | Antara,kompas,Tribun Medan |
Penulis | : | Novita Desy Prasetyowati |
Editor | : | Novita Desy Prasetyowati |