Sungguh ironis bukan, padahal penghasilan rata-rata orang Tanzania hanya $400 per tahun sekitar Rp5 juta.
Untuk itulah anak-anak yang menderita albino setidaknya harus ditempatkan secara aman, mereka harus berskolah dan tinggal di asrama.
Bahkan pada tahun 2014, sekitar 70 orang albino membentuk sebuah koloni mereka sendiri di Pulau Ukerewe pulau kecil di lepas pantai Tanzina.
Hal itu rupanya tak cukup, seorang warga albino di Ukerewe bernama Alfred Kapole diserang di Ukerewe.
Komunitas albino tersebut mulai membentuk organisasi di Tanzania bernama Albinism Society, yang berusaha meyakinkan orang-orang.
Baca Juga : Melihat Kampung Albino di Tanah Sunda Sejak Ratusan Tahun Lalu
Komunitas tersebut mengatakan pada orang-orang dengan menulis "Kami tidak mencair di bawah matahari. Kami tidak menghilang. Kami hidup dan mati seperti orang normal."
Meski terdengar mengerikan, beberapa penduduk juga masih memiliki sikap toleransi dan melakukan perlawanan untuk menemukan keadilan bagi orang-orang albino.
Dalam sebuah perlawanan pada tahun 2015 misalnya, seorang wanita bernama Jane Faidha Bakari dituduh sebagai penyihir yang membayar untuk mendapatkan orang albino.
Untuk itulah orang-orang mendatangi rumahnya dan lebih dari 200 penduduk marah dan menyeretnya keluar dari rumah dan mengadili wanita tersebut hingga mati.
Sayangnya keberadaan dukun yang sebenarnya sangat rahasia dan tidak terungkap identitasnya, dan orang-orang hanya jatuh pada stereotip tentang apa yang dipikir mereka sebagai penyihir.
Baca Juga : Siswi Daerah Perkampungan Kumuh di Kenya Rela Jual Diri Demi Dapatkan Pembalut
Namun, selama beradab-abad orang-orang albino berusaha menemukan keadilan merek sedikit mendapat angin segar pada tahun 2015.
Saat itu, Perserikatan Bangsa-bansa berbicara tentang isu rasisme dan tindakan amoral tersebut, pemerintah akhirnya melangkah untuk memberi ruang dan hak bagi orang-orang albino.
Sebanyak 225 dukun yang berlatih tanpa izin medis ditangkap, serta dokter yang dianggap sebagai penyihir yang dicurigai memburu orang albino.
Dalam penggrebekan mereka menemukan, ekor monyet, kulit singa, gigi babi hutan dan banyak lagi bagian hewan langka.
Mungkin penangkapan tersebut adalah sebuah kemenangan bagi orang-orang albino, dalam hal ini isu-isu tersebut mnungkin sudah tidak lagi terdengar. (*)
Artikel ini telah tayang di Intisari Online dengan judul Kehidupan “Tragis Orang Albino di Afrika, Jadi Buruan karena Bagian Tubuhnya Dianggap 'Bertuah'”
Nyesek, Abidzar Ternyata Sempat Jedotin Kepalanya ke Tembok Usai Tahu Uje Meninggal, Umi Pipik: Dia Nyalahin Dirinya
Source | : | Intisari Online |
Penulis | : | None |
Editor | : | Ngesti Sekar Dewi |