Kondisi ini lantas tidak membuatnya kecewa.
Baginya, masa depan anak-anak didiknya menjadi hal yang utama.
"Kalau dilihat dari jumlah uang memang sangatlah kecil. Tetapi, kami tidak kecil hati dan kecewa. Bagi kami, masa depan anak-anak jadi hal utama. Itulah semangat kami," ujar Maria.
Di matanya, upah yang kecil menjadi motivasi baginya untuk terus memberikan yang terbaik bagi anak didiknya.
Tak hanya Maria, seorang guru honore lain bersama Fransiskus Serang juga memiliki pandangan yang sama.
Di matanya pendidikan lebih penting dibandingkan nilai sebuah upah yang dirupiahkan.
"Kalau berpikir soal upah, yah pasti sudah mundur dari guru. Kami mau makan apa dari upah Rp 85.000 per bulan."
"Tapi kami mencintai pendidikan. Kami mencintai profesi guru. Kami sayang anak-anak," ujar Frans seperti yang dikutip dari Kompas.com
Tak hanya di NTT, kisah pilu guru honorer lainnya pun pernah terjadi di Jawa Timur.
Source | : | Kompas.com,Tribunnews.com |
Penulis | : | Maria Andriana Oky |
Editor | : | Maria Andriana Oky |