"Hakikat BUMN adalah menjadi agen pembangunan nasional. Demikian pula, dalam hal pengelolaan sumber daya alam harus menguntungkan segenap masyarakat," tuturnya.
Kehadiran perusahaan induk, lanjut Wianda, berdampak positif untuk mempercepat laju kinerja BUMN.
Efisiensi dapat terwujud baik dari segi pengambilan keputusan strategis maupun anggaran.
Bersatunya sejumlah entitas bisnis sejenis membuat alat operasional dapat dipakai bersama-sama.
Hal itu tentu menghemat pengeluaran dibandingkan jika setiap BUMN melakukan investasi sendiri-sendiri.
"Ke depan, perusahaan induk BUMN diharapkan terwujud pada sektor perbankan, pangan, perumahan, migas, serta konstruksi dan jalan tol," imbuh Wianda.
(Baca Juga : Bukan Cuma Kamu Yang Merasakan Terang, Bumi Papua Juga Rasakan Hal Sama!)
Holding BUMN
Kontribusi besar
Efisiensi BUMN amat penting jika berkaca pada peranan BUMN bagi Tanah Air.
Dengan total 118 BUMN pada 13 sektor, BUMN hadir untuk membawa kesejahteraan bagi segenap rakyat Indonesia.
Kuatnya BUMN Tanah Air tercermin dari besarnya total aset yang mencapai Rp 6.694 triliun per semester I tahun 2017. Pendapatan pun menyentuh Rp 936 triliun.
Adapun kontribusi pajak dan dividen BUMN terhadap anggaran pendapatan belanja negara (APBN) juga relatif stabil. Pada 2014 angkanya sebesar Rp 211 triliun. Kemudian, pada 2016 kontribusinya sebesar Rp 203 triliun.
Menurut Direktur Jenderal Kekayaan Negara Kementerian Keuangan Isa Rachmatawarta hadirnya perusahaan induk diharapkan mampu meningkatkan investasi BUMN.
Dengan begitu, BUMN dapat meraih tambahan modal tanpa bergantung pada APBN.
(Baca Juga : Jangan Takut Gelap, Indonesia Semakin Terang Dengan Adanya Ini)
"Kondisi itu membuat APBN bisa dialihkan untuk kebutuhan sosial lain, misalnya pemerataan pembangunan daerah pinggiran," ujar Isa.
Dia memastikan, proses pembentukan perusahaan induk tidak mengurangi kontribusi BUMN terhadap negara, yaitu setoran pajak dan dividen.
Ketangguhan BUMN itu selaras dengan semangat Nawacita pemerintahan Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla.
Utamanya dalam mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor strategis domestik dan meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing bangsa.
Berdasarkan laporan Global Competitiveness Index 2017-2018 yang dikeluarkan World Economic Forum, peringkat daya saing Indonesia terus membaik.
Saat ini Indonesia menempati posisi ke-36 dari 137 negara atau naik 5 peringkat dari tahun sebelumnya di posisi ke-41.
Dengan besarnya dampak kehadiran BUMN bagi negara, sudah selayaknya kita terus menaruh harapan. Demi satu tujuan, kesejahteraan bagi segenap tumpah darah Indonesia. (*)
Feby Marcelia Kepergok Netizen Jalan Sama Pria Baru padahal Baru Cerai, Revand Narya: Ini Bukti Allah Nggak Tidur
Penulis | : | Nailul Iffah |
Editor | : | Nailul Iffah |