Pada paruh kedua abad ke-19, Inggris banyak membangun rumah sakit jiwa. Saat itu, banyak dokter yang yakin bahwa penyakit jiwa berhubungan erat dengan masalah fisik di otak mereka.
Maka, pada saat itu terapi setrum digunakan sebagai cara penyembuhan menggunakan leydan, alat penyetrum.
Seorang dokter jiwa di rumah sakit Sussex pada 1873 menulis, ada seorang wanita yang menderita melancholia. Ia suka menyakiti dirinya sendiri.
Baca Juga : Nasib Malang Bayi Sterling, Meninggal Akibat Popok Tak Diganti Selama 2 Minggu Oleh Orangtuanya
Wanita 26 tahun itu kemudian diberi terapi setrum. Semula dia hanya kuat menerima setrum dengan voltase rendah dan lama-lama mampu menerima setruman dengan voltase lebih tinggi.
Menurutnya, pasien itu membaik. Ia mulai tak punya kecenderungan untuk menyakiti dirinya sendiri dan mulai lebih rasional dalam bicara.
Dalam artikel di British Journal of Psychiatry pada 1988, Dr Newth mengatakan, "Penyetruman dilakukan 26 kali (kepada wanita itu). Mulanya ia merasa sakit kepala. Namun, lama-lama ia bisa berpikir lebih jernih." (*)
Artikel ini telah tayang di Intisari online dengan judul, “Di Sinilah Tempat Penyetruman, Juga Kisah-kisah Bunuh Diri”
Nyesek, Abidzar Ternyata Sempat Jedotin Kepalanya ke Tembok Usai Tahu Uje Meninggal, Umi Pipik: Dia Nyalahin Dirinya
Source | : | intisari online |
Penulis | : | None |
Editor | : | Ngesti Sekar Dewi |