Penambahan berat badan ini dikaitkan dengan peningkatan produksi hormon ghrelin, yang memicu nafsu makan.
Hormon ini diproduksi baik oleh hewan pengerat, maupun manusia.
(BACA: Bosan? Mending Makan Cadbury 5Star, Sensasi Karamelnya Bikin Kamu Nggak Mau Udahan!)
Para periset kemudian melihat efek minuman berkarbonasi pada 20 pria muda, dan mendapati kadar ghrelin darah yang lebih tinggi setelah minum minuman bersoda daripada air biasa.
Namun, meningkatnya produksi karbonasi atau ghrelin belum menjadi jawaban mutlak terkait hubungan konsumsi minuman ringan dan obesitas.
Pasalnya, obesitas pun mungkin disebabkan oleh faktor lingkungan, sosial, dan gaya hidup, bukan hanya minuman berkarbonasi.
Orang yang mengonsumsi banyak minuman bersoda mungkin juga lebih cenderung memiliki pola makan kurang sehat, dan kurang berolahraga.
Para peneliti lantas menyimpulkan, ada efek yang nyata dari gas karbondioksida dalam minuman bersoda terhadap peningkatan konsumsi makanan, dengan mendorong pelepasan ghrelin.
(BACA: Bukan Mobile Legend, Ternyata Ini Loh Game Android Terbaik 2017, Sudah Pernah Main ?)
Kondisi itu kemudian memicu meningkatnya risiko penambahan berat badan, obesitas dan penyakit hati berlemak.
Mengurangi minuman bersoda juga perlu dilakukan untuk menghindari serangan jantung dan stroke. (*)
(Kompas.com)
Artikel ini pernah tayang di Kompas.com dengan judul Benarkah Minuman Bersoda Bikin Gemuk?
5 Minyak Aromaterapi yang Cocok untuk Mandi, Aromanya Menenangkan dan Membantu Meredakan Stres Usai Beraktivitas
Penulis | : | Jeanne Pita |
Editor | : | Jeanne Pita |