Grid.ID - Menjadi tentara adalah sebuah pilihan hidup.
Tapi di Korea Utara, profesi ini menjadi sebuah kewajiban bagi sejumlah wanita.
Yang mengenaskan, menjadi tentara di Korut disebut menjadi mimpi buruk buat para wanita.
Setidaknya, itulah pengakuan dari seorang wanita bernama Lee So Yeon.
( Tulisan Profesor Ini Viral dan Membuat Heboh Netizen, Seperti Apa Ya? )
So Yeon adalah mantan tentara wanita Korut.
Ia bersaksi bagaimana penderitaan yang dia alami selama bertuga smenjadi tentara di Korut.
Dikutip dari BBC pada 21 November 2017, So Yeon mengatakan, tentara wanita di Korut diperlakukan dengan sangat keras.
Tidur harus berjejal dengan puluhan tentara lain.
( Polisi Gelar Razia di Tempat Kos, Inilah Pengakuan Pasangan yang Tertangkap di Dalam Kamar )
Yang paling menyedihkan, adalah bagaimana mereka tak bisa mandi secara sempurna.
Para tentara wanita mandi dengan air dingin yang langsung berasal dari perbukitan.
"Tidak ada air panas. Air dialirkan begitu saja pakai pipa-pipa dari bukit ke bawah. Sering, dari pipa itu keluar ular atau kodok," ujar Se Yeon.
Perlakuan lain yang tak manusiawi adalah, tentara wanita diajarkan untuk biasa buang air di depan tentara pria.
Selain itu, sudah jadi hal biasa mereka diintimi oleh para pejabat militer.
So Yeon (41) dulunya anak seorang profesor di sebuah kampus ternama Korea Utara.
Dia mengaku terpaksa menjadi tentara karena krisis makanan di Korut.
Menjadi tentara, kata Se Yeon, memberi jaminan makanan kepada mereka yang mau bergabung.
Anak kepada seorang profesor di sebuah universiti, So Yeon, 41, terpaksa berkhidmat dalam angkatan tentera akibat krisis kebuluran.
Kata So Yeon, berkhidmat dalam angkatan tentera 'menjanjikan' makanan untuk anggota-anggota dan dirinya.
"Kebuluran menyebabkan wanita terdedah kepada ancaman," kata pengarang buku North Korea's Hidden Revolution, Jieun Baek.
"Ramai wanita terpaksa menyertai tentera dan lebih ramai lagi dilayani dengan salah, antaranya menghadapi penderaan dan gangguan seksual.
Yang paling ekstrim, adalah apa yang dialami tentara wanita Korut soal metabolisme tubuh.
"Selama 6 bulan hingga setahun pertama bergabung, kami tak mengalami menstruasi karena begitu hebatnya tekanan yang kami alami,"ujar Se Yeon.
Lebih menjijikan, So Yeon dan tentara wanita lain pernah terpaksa menggunakan pembalut wanita yang sama berulang kali, kerana di barak tidak menyediakan barang tersebut.
Itulah mengapa tentara wanita Korut sangat senang, ketika mereka tidak mengalami menstruasi.
So Yeon sebelum ini bertugas sebagai seorang petugas perbatasan Korea Utara-Korea Selatan.
Ia kabur dari Korut ketika berusia 28 tahun.
Pada 2008, dia membuat keputusan untuk melarikan ke Korea Selatan, tapi tertangkap dan dipenjara selama setahun.
Tapi, So Yeon tak menyerah, dan terus mencoba kabur.
Ia akhirnya berhasil lolos dengan cara berenang melalui sungai Tumen dan menyeberangi China. (*)
Apesnya Bus Rombongan Pendaki Gunung Sumbing, Nyasar ke Kuburan Usai Ikuti Google Maps, Ada Kejanggalan?
Penulis | : | Aji Bramastra |
Editor | : | Aji Bramastra |