Laporan Wartawan Grid.ID, Ahmad Rifai
Grid.ID - Seorang demonstran berkursi roda tewas di tangan pasukan Israel.
Tidak punya sepasang kaki, pria ini jadi populer berkat usahanya dalam memanjat tiang listrik dan memasang bendera Palestina selama demonstrasi.
"Tanah ini adalah tanah kita, kita tidak akan menyerah, Amerika harus mencabut deklarasinya," ungkapnya dalam sebuah video.
Videonya berjalan memaki 2 tangan beredar di Facebook 2 hari sebelum selongsong peluru menjemput nyawanya.
(Baca juga: Bikin Haru, Warga Republik Irlandia Kutuk Israel yang Buat Sengsara Penduduk Palestina)
Tidak hanya menewaskan si pria berkusi roda, setidaknya ada 4 warga Palestina yang terbunuh pada hari jumat (15/12/2017).
Penduduk Palestina memprotes pengakuan Presiden Amerika Serikat (AS) atas Yerusalem sebagai ibukota baru Israel.
Keputusan semena-mena Donald Trump mendapat kritik dari masyarakat di berbagai belahan dunia.
Di hari jumat (15/12/2017), sejumlah pasukan Israel berhadapan dengan para demonstran Palestina yang berkumpul di perbatasan Jalur Gaza.
(Baca juga: Ngeri! Inilah Foto-foto Dahsyatnya Dampak Gempa 6,9 SR yang Guncang Pulau Jawa pada Jumat Malam)
Bermacam batu menghujami tentara Israel.
Namun baru muncul 150 korban luka-luka saat berondongan tembakan dilepaskan oleh pasukan Israel, ungkap petugas medis Dikutip wartawan Grid.ID dari Newsweek.
Salah seorang korban tewas adalah seorang pria yang duduk di kursi roda.
Ibrahim Abu Thuraya sering menghadiri aksi-akis demonstrasi orang Palestina berhadapan dengan Israel.
(Baca juga: Video Mempelai Wanita Lawan Ular Kobra di Resepsi Pernikahan Bikin Heboh, Ternyata ini Kisah Sebenarnya)
Almarhum yang berusia 29 tahun kerap berbicara di hadapan media dalam beberapa tahun terakhir.
Sebenarnya, yang membuat Thuraya terduduk di kursi roda juga gara-gara ulah Israel.
Sebuah serangan rudal brutal Israel pada 2008 di Gaza membuatnya kehilangan 2 kaki.
Para demonstran Palestina kerap kalah jumlah dibanding dengan tentara Israel yang tangguh.
(Baca juga: Tingkah Arab Saudi Buat Penduduk Palestina Menangis, Pilih Berkawan dengan Israel Hanya Demi Lakukan Ini)
????? ???? ?? ?????? ????? ??????? ???? ??????? @SuleimanMas1 pic.twitter.com/ZxfumjuLUe
— ??? ????? (@kann_news) December 15, 2017
Rompi anti peluru, pakaian khas militer, bedil, dan helm pelindung, tentu tidak sebanding dengan demonstran yang hanya bermodal batu dan pakaian ala kadarnya.
Kerap kali, lelaki muda Palestina jadi tumbal dalam berbagai pertempuran kecil.
Amanda Kadlec, seorang pakar Timur Tengah di Rand Corporation, membeberkan hal mengejutkan kepada Newsweek.
"Sangat sering, para demonstran muda akan pergi ke lokasi-lokasi demonstrasi yang ternyata tentara-tentara Israel sudah siap sedia."
(Baca juga: Puluhan Turis Indonesia Alami Peristiwa Mengerikan di Malaysia)
"Dan tentu, hasilnya demonstrasi jarang menguntungkan para demonstran Palestina."
Tahu tidak, "Mereka cuma bermodal batu dan ketapel."
Muncul dugaan, Thuraya dibunuh oleh seorang penembak jitu.
Beberapa orang menyebut saat demonstrasi berlangsung, dirinya tidak menimbulkan ancaman terhadap pasukan keamanan Israel.
(Baca juga: Ngeri, Tabrakan Kereta dengan Bus Sekolah, 6 Tewas di Tempat, Begini Kronologinya)
Fadi Al-Qadi, seorang pakar hak asasi manusia dan Timur Tengah berbasis di Yordania, berbicara seperti ini kepada Newsweek.
"Fakta terbununya oleh peluru penembak jitu bisa berarti bagi penduduk Palestina bahwa kematian ini sudah direncanakan dan bukan atas sebuah tindakan dari kebutuhan pengamanan."
"Tentu ini akan berarti banyak bagi orang Palestina, khususnya penduduk yang hidup sengsara di Jalur Gaza."
Kejadian pedih ini justru makin mempertegas, "Jalan menuju kekerasan bukanlah suatu pilihan."
(Baca juga: Wah Manusia Kalah Nih! 5 Hewan Lucu Ini Memiliki Lebih Dari 2 Juta Follower)
"Melainkan, ini adalah konsekuensi yang tidak terelakkan dari kebijakan Pemerintahan Netanyahu."
Status Yerusalem kini makin tenggelam dalam pusaran konflik antara Israel dan Palestina.
Harapannya, ibukota Palestina di masa depan rencananya adalah Yerusalem.
Kembali dikutip dari Newsweek, pengakuan Donald Trump justru merusak kesepakatan antara kedua belah pihak yang bertikai dan tentu makin memperkokoh pengaruh Israel di Yerusalem.
(Baca juga: Viral! Tersebar Video Guru Cambuk Siswa yang Lupa Mengerjakan PR!)
Kehilangan Thuraya adalah kerugian bagi orang-orang di Jalur Gaza.
"Saya bertemu pria ini saat saya tinggal di Jalur Gaza," ungkap Denny Cormier, seorang pensiunan yang cukup paham dunia media sosial, kepada Newsweek.
"Ini adalah kerugian bagi orang-orang di Gaza, dan terutama mereka yang mengenalnya."
Matinya sang pria Palestina berkursi roda justru akan menyulut kobaran api.
(Baca juga: Begini Isi Tweet War Mendebarkan Soal Palestina, Mantan Pesepak Bola Inggris VS Mantan Jubir Tentara Israel)
Seorang pakar Timur Tengah di Brookings Institution, menyebut Presiden ke-45 AS justru malah menyiramkan bensin ke dalam api.
"Konflik Israel-Palestina sulit untuk dikendalikan," ungkapnya kepada Newsweek.
"Namun, bukannya dengan tenang mengelola perselisihan, Pemerintahan Trump justru memilih untuk menyiramkan bensin ke dalam api."
"Dengan mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel, Gedung Putih pasti sudah tahu bahwa orang-orang Palestina melancarkan demonstrasi."
"Dan, tentu kau tahu, orang-orang di Israel tidak akan duduk diam."
Amarah yang membara tentu makin meningkat usai Thuraya tewas.
"Dengan meninggalnya Abu Thuraya, Pemerintahan Trump sekarang memiliki kobaran api seperti yang diinginkannya."
"Kini pertanyaannya, 'Apakah mereka akan mengambil alat pemadam kebakaran, atau malah makin membesarkan kobaran api?'"(*)
Penulis | : | Ahmad Rifai |
Editor | : | Ahmad Rifai |