Pertanyaan kapan nikah memang menjadi inti permasalahan kasus ini meski yang dituju bukan tersangkanya langsung.
Baca Juga: 4 Karier Selebriti Ini Hancur di Usia Muda Akibat Kasus Asusila Hingga Pembunuhan
Pertanyaan tersebut memang sering membuat kesal karena mudah sekali menyinggung.
Dikutip dari Kompas.com, psikolog menyebut pertanyaan itu keluar karena si penanya ingin merasa nasib mereka lebih baik.
"Orang-orang yang suka menjelekkan orang lain dengan nanya rese atau kepo, sebenarnya melakukannya agar merasa nasib mereka lebih baik," kata Amel, asisten dosen Social and Personality Psychology dari Universitas Airlangga.
Mereka yang sedang depresi bisa saja sangat mudah terpengaruh mentalnya dengan pertanyaan sejenis 'kapan nikah' tersebut.
Menurut Amel, pertanyaan kapan nikah seharusnya bisa disampaikan dengan konteks yang lebih baik.
Seandainya pertanyaan “kapan nikah?” diutarakan karena rasa empati dan bukan cuma rasa penasaran atau iseng, Amel meyakini sang penanya juga akan menawarkan bantuan setelah bertanya.
Baca Juga: Hamil 4 Bulan, Kartika Putri Jadi Makin Jahil dan Dapat Omelan dari Sang Suami, Kenapa?
(*)
Bikin Ngakak, Momen Sopir Kebingungan saat Anak Bule Nangis Ditinggal Ibunya di Bus
Source | : | Kompas.com,Tribun Manado |
Penulis | : | Angriawan Cahyo Pawenang |
Editor | : | Angriawan Cahyo Pawenang |