Sementara itu, Rizqy Amelia Zein selaku asisten dosen Social dan Personality Psychologyy dari Universitas Airlangga menyebutkan pertanyaan kapan nikah dapat dianalisis dengan social comparison theory.
Artinya, konsep diri kita akan terbentuk ketika kita membandingkan diri dengan orang lain.
Harga diri rendah terbentuk setelah kita membandingkan diri dengan orang yang kondisi lebih baik, begitu juga sebaliknya.
“Orang-orang yang suka menjelekkan orang lain dengan nanya rese atau kepo, sebenarnya melakukannya agar merasa nasib mereka lebih baik ,” ujar Amel.
Amel mengatakan seandainya pertanyaan kapan nikah diutarakan atas dasar empati maka akan mendapatkan reaksi yang lebih baik.
Meski terkesan sepele, ternyata pertanyaan Kapan Nikah bisa berdampak besar.
Jika orang yang ditanyai dalam keaadan mentalnya tidak sehat, pertanyaan ini akan berbahaya dan bisa menyebabkan depresi.
Amel mengatakan bisa saja orang-orang akan menghadapi kejadian serius bahkan memutuskan bunuh diri bagi yang depresi.
Amel sendiri berpesan agar kita berjaga-jaga dengan tidak menyakan pertanyaan yang sifatnya personal.
Gagal Move On dan Tak Terima sang Mantan Pacar Sudah Punya Kekasih Baru, Pria Ini Culik sang Wanita tapi Keciduk Polisi, Begini Akhirnya
Source | : | Kompas.com,Tribun Manado |
Penulis | : | Angriawan Cahyo Pawenang |
Editor | : | Angriawan Cahyo Pawenang |