Selama perlombaan berlangsung, badai pasir menyebabkan Prosperi mengalami disorientasi dan kehilangan arah.
Satu hari setelah keluar dari jalur, ia menemukan dirinya di sebuah kuil Muslim yang terbengkalai di Aljazair.
Agar bisa bertahan hidup, Prosperi membunuh dan memakan kelelawar mentah. Untuk memenuhi asupan cairan, ia terpaksa meminum urinenya sendiri, menjilat embun, dan mengisap kelembapan dari tisu basah.
Baca Juga: Kisah Manusia Unik yang Hidup di Balik 'Penjara Sirkus' Untuk Dipertontonkan
Frustasi karena merasa tidak akan pernah ditemukan, Prosperi memotong pergelangan tangannya dengan pisau.
Namun, karena cuaca sangat panas, itu mengeringkan luka-lukanya dengan cepat. Prosperi pun terpaksa kembali ke padang pasir dan berusaha mencari bantuan.
Selama sembilan hari, dia berjalan melintasi padang pasir dan memakan serangga serta reptil. Akhirnya, Prosperi menemukan sebuah desa kecil.
Dari sana, ia dilarikan ke rumah sakit dan dokter mengatakan bahwa fungsi hatinya hampir rusak.
Berjalan selama 180 mil, Prosperi kehilangan berat sebanyak 15 kilogram. Perlu waktu beberapa bulan sebelum ia bisa mengonsumsi makanan padat lagi.
Terlepas dari apa yang dialaminya, Prosperi tidak mengalami trauma. Ia bahkan tetap menjadi pelari dan mengikuti perlombaan pada 2012.
José Salvador Alvarenga
Source | : | National Geographic Indonesia |
Penulis | : | None |
Editor | : | Ngesti Sekar Dewi |