Namun demikian, Ferryal juga menekankan pentingnya belajar menahan diri. Apalagi mengingat berintim-intim model ini, bukan hanya bisa dilakukan kapan saja, tapi juga di mana saja. Artinya, tak harus selalu di kamar tidur, tapi bisa di ruangan mana pun di dalam rumah semisal kamar mandi atau malah dapur. Jadi, kita pun harus memperhatikan lingkungan, terutama anak-anak karena dampaknya buruk bila si kecil yang masih balita menyaksikan ayah-ibunya berintim-intim.
Lagi pula, kemampuan menahan diri dan dorongan seksual, pada dasarnya memang harus dimiliki oleh setiap orang. Bukankah kita punya etika sosial/budaya maupun nilai-nilai agama yang berperan penting dalam mengendalikan hidup?
Dengan demikian, meski libido tengah meningkat tinggi, "kan, enggak berarti saat melihat cewek menggiurkan lantas main tomplok." Lain hal pada orang-orang berkelainan, semisal pemerkosa yang bisa dikategorikan punya gangguan kejiwaan.
Itu sebab, Ferryal menganjurkan agar seks instan cuma dijadikan variasi. Hingga, keistimewaannya pun jadi lebih terasa. Ibarat orang yang tiap hari makan di restoran dengan lauk-pauk daging melulu, begitu ketemu gado-gado di pinggir jalan rasanya jadi luar biasa nikmat. Nah, sebagai variasi, lanjutnya, seks instan juga bagus dilakukan oleh pasangan yang telah menikah belasan tahun atau lebih. Setidaknya, sebagaimana aneka variasi lain semisal posisi, berintim-intim model ini bisa mengatasi kejenuhan/kebosanan berintim-intim dengan pola yang sama dari hari ke hari.
(Baca: Terbukti, 5 Posisi Bercinta Ini Membuat Lebih Cepat Orgasme...No. 5 Dasyat!)
Selain itu, bila quick sex keseringan dilakukan atau malah dijadikan bagian dari rutinitas sehari-hari, maka tak lagi menyisakan sensasinya yang luar biasa. Lebih dari itu, tutur Ferryal, idealnya berintim-intim menuntut kesiapan fisik dan psikis yang bisa terjalin "sempurna" lewat rangkaian aktivitas itu sendiri, dari foreplay sampai afterplay. Tak terpenuhinya kriteria tersebut dikhawatirkan menurunkan intensitas hubungan di antara suami-istri. Jadi, tegasnya, kalau memang tersedia waktu yang cukup panjang, "tak perlulah berhubungan intim secara terburu-buru."
Tak Usah Khawatir Pasangan Neko-Neko
Menurut Ferryal, sekalipun berintim-intim model ini begitu gampang dilakukan, tapi tak perlu sampai membuat istri kelewat khawatir suaminya bakal neko-neko, semisal melakukannya di lift atau di tempat "strategis" lain dengan sembarang perempuan. "Bisa saja, sih, tapi, kan enggak segampang itu. Lagi pula enggak semua perempuan mau diperlakukan sembarangan begitu, kok."
Jadi Gampang Uring-Uringan
Buat suami-istri yang tinggal berjauhan, menurut Ferryal, seks instan juga sah-sah saja dilakukan begitu mereka saling bertemu. Bukankah mereka telah sekian lama memendam dorongan seksnya masing-masing?
Meski begitu, jelasnya, tak berarti istri harus mati-matian memuaskan pasangannya dan mengabaikan kebutuhannya sendiri, semata dengan harapan agar suaminya tak "main" di luaran atau minimal kembali ke tempat tugas tanpa beban pikiran. Soalnya, libido istri tak terlampiaskan bisa menimbulkan efek psikologis, semisal sulit konsentrasi, gampang marah dan uring-uringan dengan mencari-cari kesalahan orang lain.
Memang, aku Ferryal, dampak psikologis tersebut juga bisa dialami pria kala libidonya tak terpuaskan. Hanya saja, lebih banyak dialami wanita mengingat kaum hawa lebih sulit untuk mencari pelampiasan libidonya. "Laki-laki, kan, lebih mudah, tapi bukan dalam arti berselingkuh, lo. Melainkan dengan masturbasi, mimpi basah atau cara lainnya." (Nakita.id/Th. Puspayanti)
(Baca: Tiga Posisi Bercinta Terfavorit Generasi Milenial, No. 2 Dahsyat!)