Amit-amit bila sebuah serangan nuklir akan dimulai.
Bisakah perintah presiden tidak dipatuhi?
Sama seperti di Indonesia, presiden adalah panglima tertinggi dalam militer AS.
Sederhananya, apa yang diperintahkan harus dipatuhi.
(Baca juga: Niatnya Terapi, Alat Kelamin Seorang Pria Malah Terjepit Magnet)
Namun, ternyata ada sebuah pengecualian.
Pada November 2017, pertama kali dalam 40 tahun terakhir, Kongres memeriksa ulang wewenang presiden dalam melancarkan serangan nuklir.
C. Robert Kehler, komandan Komando Strategis AS dari 2011 hingga 2013 mengatakan seperti ini.
Sebagaimana dilatih, dia akan mengikuti perintah nuklir dari presiden.
Namun akan dipatuhi hanya jika itu adalah perintah ilegal.
(Baca juga: Istri Wakil Walikota Gorontalo Ditangkap, Beginilah Sosok Suaminya, Budi Doku)
Mantan perwira peluncuran rudal dan peneliti di Princeton, Bruce G. Blair, mengatakan seperti ini kepada Blooberg.
"Kekuatan panglima tertinggi sudah jelas."
"Dia memiliki wewenang tunggal untuk menggunakan senjata nuklir."
Meski begitu, sebelum memulai aksi militer, presiden mengadakan sebuah konfrensi dengan sejumlah penasihat militer dan sipil di Washington.
Namun bila rudal milik musuh sudah menuju AS, presiden harus memerintahkan sebuah serangan balasan.
"Konsultasi dapat dipercepat, hanya selama 30 detik."(*)
Viral, Pernikahan Ini Sajikan Menu Mie Instan untuk Undangan yang Datang padahal Tajir, Tamu: Kami Juga Bawa Bekal Sendiri
Penulis | : | Ahmad Rifai |
Editor | : | Ahmad Rifai |