Grid.ID- Pada 2016 lalu, publik sempat diheobhkan dengan kasus pembunuhan seorang wanita bernama Wayan Mirna Salihin.
Saat itu diberitakan Wayan Mirna Salihin meninggal setelah meminum kopi Vietnam pesanan sang sahabat, Jessica Kumala Wongso.
Peristiwa yang terjadi pada 6 Januari 2016 di Kafe Olivier, Grand Indonesia, Jakarta itu tentunya membuat publik heboh.
Setelah dilakukan pemeriksaan, diketahui bahwa Wayan Mirna Salihin keracunan zat sianida yang diteteskan ke dalam kopi vietnam yang dipesankan oleh Jessica Kumala Wongso.
Berbeda dengan kasus Jessica, dahulu ada sbeuah tragedi yang menewaskan 912 orang dengan menggunakan sianida, yakni Tragedi Jonestown.
Tragedi Jonestone merupakan salah satu bencana non-alam yang paling mematikan dalam sejarah Amerika Serikat.
Bahkan tragedi tersebut melibatkan terbunuhnya seorang anggota kongres Amerika Serikat, Leo Ryan.
Jim Jones dan Kuil Rakyat
Didirikan pada 1956 oleh Jim Jones, Kuil Rakyat atau Peoples Temple adalah sebuah gereja yang terintegrasi secara rasial untuk membantu orang yang membutuhkan.
Baca Juga: Sering Dilakukan dan Dikira Sehat, Nyatanya 8 Kebiasaan ini Berbahaya Untuk Kesehatan Tubuh
Jones awalnya mendirikan Kuil Rakyat di Indianapolis, Indiana, tetapi kemudian pindah ke Redwood Valley, California pada tahun 1966.
Jones menerapkan ideologi komunis pada sektenya, di mana setiap orang hidup bersama secara harmonis dan bekerja untuk kebaikan bersama.
Dia mampu membentuk kompleks konumitas kecil ini di California, namun bermimpi untuk mendirikannya di luar Amerika Serikat.
Baca Juga: Meski Bisa Menghidrasi Tubuh, Ternyata Minum Air Putih Sebelum Tidur Miliki Bahaya Tersendiri
Jonestown: Permukiman di Guyana
Jones menemukan lokasi terpencil di negara Guyana Amerika Selatan yang sesuai dengan kebutuhannya.
Pada 1973, dia menyewa tanah itu dan menyuruh para pekerja untuk membersihkannya karena tertutup hutan.
Hingga 1977, hanya ada sekitar 50 orang yang tinggal di kompleks itu dan Jones masih di AS.
Namun, semuanya berubah ketika Jones menerima kabar bahwa sebuah artikel tentang dirinya akan dicetak di media masa.
Malam sebelum artikel itu dicetak, Jim Jones dan beberapa ratus anggota Kuil Rakyat terbang ke Guyana dan pindah ke kompleks Jonestown.
Baca Juga: 14 Tahun Lamarannya Selalu Ditolak, Wanita 'Sekarat' ini Akhirnya Bisa Menikah !
Ada yang salah di Jonestown
Ketika mereka di Jonestown, hal-hal tidak seperti yang mereka harapkan.
Karena tidak ada kabin yang cukup untuk menampung orang-orang, setiap kabin dipenuhi dengan tempat tidur susun dan penuh sesak.
Kabin juga dipisahkan berdasarkan gender, sehingga pasangan yang sudah menikah dipaksa untuk hidup terpisah.
Panas dan kelembaban di Jonestown yang menyesakkan membuat banyak penghuninya sakit.
Anggota juga diminta untuk bekerja 11 jam sehari dalam keadaan panas itu.
Anggota Kongres Ryan mengunjungi Jonestown
Perwakilan AS Leo Ryan dari San Mateo, California mendengar laporan tentang hal-hal buruk yang terjadi di Jonestown dan memutuskan untuk menyambanginya.
Awalnya semua tampak baik-baik saja, namun suatu malam seorang menyerahkan catatan kepada rombongan Leo Ryan yang berisi daftar beberapa nama penghuni yang ingin pergi dari Jonestown.
Hari berikutnya, 18 November 1978, Ryan mengumumkan bahwa dia bersedia membawa serta siapa saja yang ingin ikut keluar dari Jonestown bersama dirinya.
Serangan di Bandara
Ketika tiba waktunya untuk kabur, anggota Kuil Rakyat bersama Ryan bergegas naik truk hingga menuju bandara.
Sementara pesawat belum siap terbang, anggota Kuil Rakyat pun menyusul untuk menembaki rombongan itu.
Insiden itu menyebabkan 5 orang tewas termasuk Ryan.
Baca Juga: Diundang ke Pernikahan Kedua Muridnya, Guru ini Tiba-Tiba Berikan Hadiah yang Tak Terduga!
Bunuh diri Massal
Sementara itu di Jonestown, Jones sangat panik, gelisah dan mulai berbicara kepada jemaatnya.
Jones memberitahu jemaatnya bahwa mereka sedang dalam keadaan bahaya karena AS akan memburu mereka sebagai balasan serangan terhadap pembunuhan Ryan.
Dia juga memberi satu-satunya jalan keluar dengan melakukan bunuh diri massal.
Jones menyuruh semua orang bergegas. Ceret besar diisi dengan rasa anggur Flavour-Aid, sianida, dan Valium ditempatkan di paviliun sisi terbuka.
Bayi dan anak-anak mendapat giliran terlebih dahulu, mereka menggunakan suntikan untuk menuangkan air beracun ke mulut.
Beberapa anggota bahkan sudah mati sebelum yang lain mengambil minuman mereka.
Pada hari itu, 18 November 1978, 912 orang meninggal karena meminum racun, 276 di antaranya adalah anak-anak.
Secara total 918 orang meninggal, baik di bandara atau di kompleks Jonestown. (*)
Source | : | intisari online,learning-history.com,Tribunnes.com |
Penulis | : | Ngesti Sekar Dewi |
Editor | : | Ngesti Sekar Dewi |