Kala itu Dr. Watkins tengah memperlajari siklus perkawinan sekelompok paus bongkok dan paus biru di laut Samudra Pasifik.
Saat tengah mempelajari frekuensi suara nyanyian khas yang dihasilkan paus jantan selama musim kawin, Dr. Watkins tiba-tiba menangkap fruekensi suara seekor paus jantan yang berbeda dari yang lain.
Paus jantan tersebut menghasilkan suara nyanyian pada frekuensi 52 Hertz.
Baca Juga: Viral Video Penampakan Pejalan Kaki Tiba-tiba Hilang Saat Menyeberang di Perempatan Jogja
Frekuensi ini lebih tinggi daripada frekuensi komunikasi paus normal yang pada umumnya hanya berkisar antara 12 sampai 40 Hertz.
Lantaran frekuensi suara paus tersebut di luar frekuensi pada umumnya, tidak ada satupun paus yang mampu mendengar atau merespon suara paus yang abnormal itu.
Paus abnormal tersebut dilaporkan Dr. Watkins terus-menerus bernyanyi di sepanjang musim kawin, namun tidak ada satupun paus yang membalas suaranya.
Berdasarkan catatan penelitian milik Dr. Watkins, peneliti menduga perbedaan fruekuensi suara dari jenis paus lainnya didunia inilah yang membuat paus tersebut sendirian tanpa kawanan.
Frekuensi suara paus jantan tersebut selama ini hanya dapat ditangkap oleh radio sonar kapal laut dan kapal selam.
Tak ada satu pun kawanan paus yang mampu mendengar suara nyanyian di tengah samudra dan kemungkinan besar menganggap paus ini bisu atau tak bisa bicara.
Nagita Slavina Diam-diam Punya Toko Berlian, Raffi Ahmad Syok saat Diajak Berkunjung ke Toko sang Istri: Ini Milik Kamu?
Source | : | Kompas.com,Washington Post |
Penulis | : | Tata Lugas Nastiti |
Editor | : | Tata Lugas Nastiti |