"Saat saya mendengar vonis itu di Januari, saya sangat terkejut," terangnya. Tetapi setelah mengatasi keterkejutannya, Sutopo mengatakan dia mulai menerima nasibnya.
"Sama seperti warga yang terdampak gempa maupun tsunami," terangnya.
Kini di usia 49 tahun, dia memutuskan terus mendedikasikan hidupnya bagi pekerjaan yang membuatnya tak hanya dihormati kolega, tapi juga dipuji netizen di media sosial.
Di Twitter, dia mengunggah keterangan mengenai video tanah longsor, banjir, maupun gunung meletus. Dia juga tidak jarang mengunggah gambar ketika menjalani kemoterapi.
Ketika terjadi gempa berkekuatan 7.0 di Lombok pada Agustus 2018 yang membunuh 550 orang, dia masih bersedia menerima telepon awak media di sela perawatan.
Dan meski pun kanker itu menjalar ke tulang dan membuatnya dilanda kesakitan, Sutopo masih bersedia hadir dalam konferensi pers yang disiarkan secara langsung.
"Begitu ada bencana dan saya harus menggelar konferensi pers, adrenalin saya terpacu dan langsung saya melupakan rasa sakit. Namun begitu sampai di rumah, rasa sakit itu datang lagi," akunya.
Karena perannya itu, seluruh warga Indonesia begitu bergantung pada informasi yang diberikan Pak Topo.
Salah satunya adalah Caroline Maringka, manajer di Jakarta.
"Dia menjelaskan dengan bahasa sederhana sehingga dimengerti oleh orang banyak.
Saya juga merasa dia sangat berkomitmen meski didera penyakit mematikan," ujar Caroline.
Terlepas dari kondisinya itu, Pak Sutopo yang lahir di Boyolali, Jawa Tengah, sangat bersemangat ketika melayani wawancara sepanjang dua jam.
Ayah dari dua anak masing-masing berusia 12 dan 19 tahun itu mengaku berbaring membuatnya kesakitan hingga dia jarang tidur lebih dari tiga jam setiap malam.
Kiprahnya itu membuat Pak Topo diganjar berbagai penghargaan.
Grup anti-hoaks Mafindo memberi penghargaan atas upayanya memerangi kabar palsu jika terjadi bencana.
Sementara harian Singapura The Straits Times memasukkan pria yang mengidolakan Presiden Joko Widodo dan penyanyi Raisa itu sebagai Asian of the Year pada Desember ini.
Dan pada Minggu pukul 02.20 waktu Guangzhou, China (7/7/2019), Pak Topo dilaporkan meninggal dunia setelah berada di sana selama sebulan untuk menjalani pengobatan. (*)
Viral, Pembeli Curhat Disuruh Bayar Biaya Pakai Sendok dan Garpu Saat Makan di Warung Mie Ayam, Nota Ini Jadi Buktinya
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Ngesti Sekar Dewi |
Editor | : | Ngesti Sekar Dewi |