Titi menjelaskan sejarah ikan asin dari dua prasasti.
Prasasti pertama adalah Prasasti Pangumulan A yang berangka tahun 824 saka atau 902 Masehi.
Prasasti kedua adalah Prasasti Rukam yang berangka tahun 829 saka atau 907 Masehi.
3. Terdapat beberapa jenis ikan yang digunakan
Prasasti itu menjelaskan, tentang beberapa jenis ikan yang dijadikan ikan asin pada masa itu.
"Jenis ikan yang diasinkan atau dendeng ikan, terutama jenis-jenis ikan laut seperti ikan kembung, ikan kakap, ikan tenggiri," tulis Titi merujuk Prasasti Pangumulan A.
4. Ikan asin pada masa Itu disebut grih atau dendain
Tulisan Titi menyebut, kedua prasasti menjelaskan istilah ikan asin yang dikeringkan disebut grih atau dendain.
Saat ini dalam bahasa Jawa ikan asin disebut gereh sedangkan ikan yang dikeringkan disebut dendeng.
5. Dulu digunakan sebagai hidangan upacara
Titi menyebut, dalam Prasasti Rukam grih atau dendain digunakan sebagai hidangan yang disajikan dalam upacara penetapan sima (tanah suci).
Dari bukti sejarah itu, ikan asin rupanya tak hanya jenis makanan yang dikonsumsi sehari-hari, tetapi juga jadi hidangan yang disajikan dalam upacara-upacara besar.
Kini, setelah 13 abad, ikan asin masih eksis di tengah masyakarat Indonesia.
(*)
4 Rekomendasi Drakor Gong Yoo yang Super Seru, Terbaru Menceritakan Misteri Kawin Kontrak di The Trunk!
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Dianita Anggraeni |
Editor | : | Dianita Anggraeni |