Kepala Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) Thomas Djamaluddin mengatakan awan topi yang termasuk lentikular terbentuk akibat aliran naik udara hangat yang membawa uap air mengalami pusaran.
"Itu sering terjadi di pucak gunung," katanya, Rabu (17/7/2019), dikutip dari Kompas.com.
Baca Juga: Bukan Hanya Bikin Tubuh Melar, Kebanyakan Makan Gula Juga Bisa Berdampak Negatif bagi Kulit
Mengutip dari Kompas.com, Marufin Sudibyo, astronom amatir Indonesia mengatakan awan topi bisa bertahan selama beberapa jam hingga berhari-hari.
Oleh sebab itu, awan tersebut seperti topi yang dipasang di atas gunung.
Awan topi berbentuk unik sehingga sering dijadikan latar selfie.
Berbahayakah awan topi bagi pendaki?
Di balik bentuknya yang cantik, awan topi berisiko menimbulkan bahaya untuk pendaki.
Mengutip dari Tribunnews, turbulensi atau pusaran angin yang membentuk awan topi menyebabkan suhu di puncak gunung menjadi sangat dingin.
Hal tersebut berbahaya bagi pendaki karena berisiko menyebabkan hiportemia.
Heboh, YouTuber Asal Thailand Ini Nyamar di Indonesia, Ternyata Nipu hingga Rp 931 M dan Pengin Jadi Idol Kpop, Begini Akhirnya
Source | : | facebook,TribunJabar |
Penulis | : | None |
Editor | : | Ulfa Lutfia Hidayati |