Grid.ID - Hidup adalah perjuangan dan ini diperlihatkan oleh keluarga di Tulungagung ini.
Keluarga ini tinggal di sebuah rumah kecil di tengah kebun rambutan dan rumput gajah di Lingkungan 3, Dusun Beji, Desa/Kecamatan Ngunut.
Saat malam menjelang, tidak ada listrik yang menerangi rumah yang terlihat suram ini.
Di sinilah Supadi (57) dan tiga anaknya tinggal sejak empat tahun lalu.
Ukurannya sekitar enam meter kali enam meter, dan disekat menjadi dua.
(Beredar Isu Video Porno, Maia Estianty Memberi Pesan untuk Marion Jola)
Rumah ini layaknya sebuah tempat peristirahatan untuk menjaga kebun.
“Sebenarnya ini bukan rumah saya. Kebetulan ada tetangga yang baik, dia membolehkan saya tinggal di sini,” ujar Supadi.
Ayah empat anak ini berkisah, sebenarnya dulu dirinya punya rumah.
Namun karena istrinya sakit kanker payudara dan liver, semua hartanya habis.
Tahun 2004 istrinya, Sutami meninggal dunia.
(Gara-Gara Video Ini, Terungkap Siapa Sosok Bianca Jodie, Kontestan Indonesian Idol)
Sejak saat itu seorang warga bernama Endro meminjami rumah ini untuk dijadikan tempat tinggal.
Anak pertama Supadi yang bernama Reni (31) telah menikah dan tinggal bersama suaminya.
Sementara tiga anaknya masih tinggal bersama Supadi.
Anak kedua bernama Yudi mengalami epilepsi dan tidak bisa bekerja.
Kembarannya yang bernama Yuni mengalami disabilitas, tangan kanannya tidak bisa digerakkan.
Sedangkan anak keempat bernama Dion, baru lulus SMP dan memilih untuk bekerja.
(Ghea Indrawari Punya Panggilan Khusus untuk Ari Lasso, Ternyata Ini Pemicunya)
“Dia baru dua minggu ini diterima kerja, jadinya masih Rp 30.000 per hari,” ucap Supadi polos.
Selama ini Supadi sekeluarga hidup dalam kondisi serba terbatas.
Tidak ada fasilitas MCK yang memadai untuk menunjang hidup sehat.
Jika malam Supadi mengandalkan penerangan dari dua buah lampu minyak ukuran kecil.
Untuk bahan bakar, Supadi membeli minyak tanah Rp 15.000 per liter, untuk dua minggu penerangan.
Saat akan tidur keluarga ini harus berbagi tempat tidur.
Ruangan depan dipakai untuk dua orang dan ruangan belakang dipakai dua orang.
(Memilki Fungsi Melindungi Mata, Inilah 4 Cara Memilih Kacamata Untuk Berolahraga )
Alas yang dipakai adalah kasur usang.
Untuk keperluan sehari-hari, Supadi bekerja sebagai buruh harian dengan gaji Rp 40.000.
“Beras raskin biasanya dapat jatah 7 kg. Tapi datangnya kadang sebulan sekali, kadang juga dua bulan sekali,” ungkapnya.
Meski hidup dalam kemiskinan, Supadi tidak terdaftar sebagai peserta Program Keluarga Harapan (PKH).
Selain itu keluarga ini juga tidak punya kartua BPJS Kesehatan.
Satu-satunya yang mempunyai kartu BPJS Kesehatan hanya Yudi, karena sering sakit epilepsi.
“Biasanya kalau kambuh tubuhnya panas, kejang-kejang begitu. Kartu itu yang biasa dipakai untuk berobat,” tambah Supadi.
Supadi hanya berharap, dirinya tetap sehat dan kuat untuk menjadi tulang keluarga.
Sebab jika dirinya sakit maka tidak ada yang bekerja.
Jika dirinya tidak bekerja, maka tidak ada uang untuk makan. (*)
Berita ini juga tayang di Tribunnews dengan judul Bikin Mbrebes Mili, Supadi Sekeluarga Numpang di Rumah Sempit, Hidup Tanpa Listrik di Tulungagung.
Penulis | : | Alfa Pratama |
Editor | : | Alfa Pratama |