Baginya, akses pengungsi dan anak-anak Palestina terhadap layanan dasar kemanusian, "Bukanlah sebuah tawar-menawar, tapi kewajiban bagi AS dan internasional."
"Mengambil makanan dan pendidikan dari pengunsi yang rentan tidak akan membawa perdamaian abadi dan menyeluruh."
"Mengacuhkan strategi zero-sum game (keuntungan yang didapat dari pihak pemenang berasal dari kerugian pihak yang kalah) Israel untuk mengambil Jerusalem dan saat ini berusaha melucuti UNRWA adalah sebuah kekeliruan."
(Baca juga: Mendekati Natal 'Sinterklas' Mampir ke Palestina, Beri Hadiah Bagi Pasukan Israel, Kakinya Kemudian Ditembak)
Bulan terakhir di 2017, AS memutuskan untuk mengakui Jerusalem sebagai ibukota Israel.
Tentu langkah ini menuai kecaman internasional dan membuat pentolan Palestina mengatakan bahwa mereka tidak akan lagi menerima rencana perdamaian yang diajukan oleh AS.
Paket bantuan yang ditangguhkan pada selasa (16/2018) lahir setelah Donald Trump melempar kecaman pada 2 Januari 2018 untuk memotong bantuan kepada orang-orang Palestina.
Dalam serangkaian cuitan suami Melania Trump berkata, "Kami membayar orang-orang Palestina RATUSAN JUTA DOLLAR setahun dan tidak mendapat penghargaan atau penghormatan."
"Dengan orang-orang Palestina yang tidak lagi mau berbicara tentang perdamaian, mengapa kita harus mengeluarkan banyak uang kepada mereka?"(*)
It's not only Pakistan that we pay billions of dollars to for nothing, but also many other countries, and others. As an example, we pay the Palestinians HUNDRED OF MILLIONS OF DOLLARS a year and get no appreciation or respect. They don’t even want to negotiate a long overdue...
— Donald J. Trump (@realDonaldTrump) January 2, 2018
Penulis | : | Ahmad Rifai |
Editor | : | Ahmad Rifai |