Melalui radio Jepang, Omar meluapkan kekesalannya pada Belanda yang sudah menjajah Nusantara, termasuk kampung halamannya, Samarinda.
"Dengan suara menggelegar, Omar mempropagandakan misi Jepang membebaskan Indonesia dari penjajahan Belanda. Keberpihakannya terhadap Jepang sekaligus membangkitkan semangat nasionalisme rakyat untuk anti-Belanda," ujar Sarip.
Baca Juga: Komentari Gaya Liburan Syahrini dan Reino Barack, Nikita Mirzani: Basi!
Tepat pada tahun 2002 Omar menghubungi seorang sahabatnya, tokoh Samarinda yang membahas tentang sebuh buku
Melalui telepon, Omar berbicara kepada sahabatnya itu, "Semoga buku yang Dinda rencanakan akan selesai pada waktunya."
Namun, sebelum buku itu selesai, Omar Barack dipanggil berpulang oleh Sang Khalik.
"Seminggu setelah itu Omar menghembuskan nafas terakhirnya. Ia wafat dalam usia 85 tahun. Sahabatnya itu menyelesaikan bukunya setahun kemudian," ujar Muhammad Sarip dalam catatannya.
Baca Juga: Syahrini - Reino Barack Lanjutkan Bulan Madu di Sydney, Intip Deretan Aksesori Mewah yang Dipakai!
Buku itu berjudul "Kalimantan Timur: Apa, Siapa dan Bagaimana". Penulisnya bernama Abdoel Moeis Hassan.
Sahabatnya ini juga segera menghadap Ilahi dua tahun setelah bukunya terbit.
Abdoel Moeis Hassan adalah pejuang pembela Republik Indonesia (Republiken). Ia merupakan calon Pahlawan Nasional pertama dari Kaltim.
Baca Juga: Selalu Rayakan Bareng Luna Maya kini Ulang Tahun Pertama Reino Barack dengan Syahrini
Inilah kisah kakek Reino Barack, Omar Barack yang mungkin tak banyak diketahui publik.
Tak hanya anti-Belanda, rupanya cerita kakek Reino Barack pun berkaitan dengan sejarah Kota Samarinda. (*)
Source | : | Kompas.com,Sosok.ID |
Penulis | : | Maria Andriana Oky |
Editor | : | Maria Andriana Oky |