Laporan Wartawan Grid.ID, Adrie P. Saputra
Grid.ID - Saat itu adalah hari Senin di bulan Agustus 2017 ketika pria bernama Banh muncul di ruang gawat darurat Pusat Kesehatan Masyarakat Regional UCSF Fresno.
Dia meminta dokter untuk merawatnya karena cacing pita, parasit yang dapat menyerang saluran pencernaan hewan dan manusia.
Banh mengatakan bahwa dia tidak terlalu memikirkannya.
Dia pernah mendengar pasien mengungkapkan kekhawatiran serupa tentang cacing pita di masa lalu.
(BACA: Suka Makan Sushi? Hati Hati, di Usus Pria Ini Ditemukan Cacing Setelah Ia Menyantap Makanan Mentah )
Banh membuka karung itu.
Di dalam, katanya, ada tabung kertas karton kardus dengan cacing pita melilitnya.
Banh mengira bahwa cacing itu telah mati saat melihatnya.
Namun pria tersebut mengatakan kepadanya "itu masih hidup saat dia mengeluarkannya dan itu menggeliat di tangannya".
Banh mengulurkannya di lantai ER dan mengukurnya, semuanya berukuran 5½ kaki (1,6 m).
"Sudah cukup lama, beberapa di antaranya menyelinap keluar," katanya tentang parasit itu.
Pada bulan Januari 2017, sebuah studi yang diterbitkan di jurnal Centers for Disease Control and Prevention, Emerging Infectious Diseases mencatat bahwa salmon liar yang tertangkap di perairan dingin Alaska ditemukan terinfeksi oleh cacing pita Jepang yang dikenal sebagai Diphyllobothrium nihonkaiense.
(BACA: Bukan Kue, Tapi Cacing Ini Bisa Dimakan Terbuat Dari Apa Ya?)
Para ahli mengatakan bahwa lobus Diphyllobothrium adalah yang paling umum dan terbesar, cacing pita yang dapat tinggal di perut manusia.
Mereka bisa tumbuh hingga 30 kaki, sesuai CDC. Selain itu, agensi tersebut mencatat, mereka bisa hidup bertahun-tahun. (*)
Beda dengan Ahmad Dhani dan Ari Bias, Opick Ungkap Alasan Ikhlas Lagunya Dinyanyikan Orang Tanpa Royalti
Source | : | https://www.straitstimes.com |
Penulis | : | Adrie P. Saputra |
Editor | : | Adrie P. Saputra |