Survei dengan 14 pertanyaan ini dilakukan terhadap 1.500 anak muda berusia 14 hingga 24 tahun.
Pertanyaan yang diajukan terkait dengan kondisi mental dan penggunaan YouTube, Snapchat, Facebook, Pinterest, dan Twitter.
Kecuali Youtube, semua platform media sosial tersebut terkait dengan efek kegelisahan dan depresi para penggunanya.
Dua media sosial yang paling menonjolkan foto, yaitu Snapchat dan Instagram, dianggap memiliki skor paling rendah dalam hal "kesejahteraan mental".
Hal ini terkait dengan "bullying" dan munculnya "fear or missing out" (FOMO).
FOMO adalah fobia yang menjangkit para pengguna media sosial, sehingga mereka takut ketinggalan tren atau berita.
Mereka yang suka memantau tagar #thinstagram di Instagram juga mengalami kecemasan soal bentuk tubuh.
Hasil serupa juga ditemukan dari survei yang dilakukan oleh tim dari University of Pittsburgh tahun 2014 dengan responden 1.787 orang berusia 19 hingga 32 tahun.
Mereka yang menggunakan tujuh atau lebih media sosial beresiko mengalami kecemasan dan depresi tiga kali lipat, dibandingkan mereka yang hanya punya dua atau tiga media sosial.
Salah satu cara untuk mencegah efek negatif media sosial tersebut adalah membuat orang menyadari apakah sebuah foto sudah dimanipulasi atau tidak.
Misalnya dengan membuat aplikasi dengan fitur khusus yang bisa mengenali mana foto yang diedit. (*)
Artikel Ini Pernah Tayang di Kompas.com dengan Judul "Pesona Palsu Foto "Selfie" yang Diedit di Media Sosial"
Penulis | : | Arif B Setyanto |
Editor | : | Arif B Setyanto |