Ternyata menurut Wina, tak mudah mengorganisasi para perempuan penulis agar dapat menghasilkan karya berkelas yang pantas untuk dibukukan. “Kami memiliki standar karya penulisan yang sejajar dengan para penulis profesional. Ada yang idenya bagus tapi tulisannya hancur. Ada pula yang pandai bercerita namun tulisannya tidak terarah. Bahkan kami harus meminta beberapa dari mereka menulis ulang karyanya apabila memang masuk dalam tahap seleksi,” ungkapnya.
Diakuinya, butuh ketekunan dan kesabaran agar karya para penulis perempuan ini pada akhirnya dianggap layak oleh editor untuk diluncurkan menjadi sebuah buku. Apalagi, para perempuan penulis ini sejatinya bukan berprofesi sebagai penulis. Mereka ada yang pengusaha, dokter, mahasiswi, dosen, karyawati, hingga pengacara, yang notabene menulis dan membuat buku tak pernah terlintas di benak mereka.
Yang tak kalah menariknya dari behind the scenes proyek ini, buku ini juga ditanggung renteng oleh para penulis perempuan yang telah masuk seleksi. “Secara apa adanya saya sampaikan berapa rincian biaya yang dibutuhkan untuk proses editing, layout dan desain, hingga menyetak buku.
Total biaya tersebut kemudian kami tanggung dengan berbagi adil kepada semua penulis termasuk saya,” terang perempuan yang tengah menyiapkan novel terbarunya tahun depan. Selanjutnya strategi pemasaran buku ini juga tak terpampang di toko buku saja. Menurut Wina, setiap penulis telah memiliki jaringan kolega yang siap menjadi kolektor buku hasil karya penulis. Strategi pemasaran inilah yang nyatanya membuat seluruh serial HIIB sold out, bahkan beberapa masuk cetakan kedua. “Keuntungan bergerak bersama seperti dalam HIIB ya salah satunya berjejaring dengan siapa saja. Di buku ini semuanya terbukti,” kata istri pelukis Yoes Wibowo itu.
Hari ini Sabtu, 10 Agustus 2019 saat bertepatan dengan ulang tahun Wina itu, 26 perempuan meluncurkan karya bersama tersebut dengan penuh suka cita. Bak perempuan-perempuan yang melahirkan jiwa-jiwa manusia, gerakan menulis bersama yang dicetuskan Wina ini mampu melecut minat menulis para perempuan yang mulai pudar.
Wina berjanji akan memacu para perempuan untuk terus meluncurkan karya melalui serial HIIB selanjutnya. Intinya membagi kisah inspiratif lewat menulis. “Acara ini pun dapat terwujud, melalui kerjasama dan kolaborasi para perempuan penulis yang bersama-sama berkomitmen melahirkan tulisan yang digali dari pengalaman hidup mereka bersama para lelaki terbaik bernama ayah yang hadir sangat berarti dalam kehidupan meski ayah itu telah tiafa. Saya ingin menyemangati perempuan lain terus menerus bersama komunitas HIIB. Tunggu seri selanjutnya jika para perempuan ingin bergabung dengan kami,” katanya.
Potret Sonhaji Penjual Es Teh Viral yang Dihina Gus Miftah, Kini Sudah di Mekkah Umroh Bareng Keluarga