Grid.ID - Kebakaran hutan Amazon yang terjadi pada bulan Agustus ini mengejutkan publik di seluruh dunia.
Bagaimana tidak? Pasalnya hutan Amazon menjadi pemasok oksigen di bumi.
Hutan Amazon bahkan disebut sebagai paru-paru bumi karena bisa menghambat proses pemanasan global.
Melansir laman Express.co.uk, hutan Amazon menghasilkan 20 persen oksigen di atmostfer bumi.
Kebakaran hutan Amazon memang sudah meningkat sebanyak 83 persen sejak Januari 2019 lalu.
Sebanyak 72 ribu kasus kebakaran di hutan Amazon terdeteksi oleh satelit.
Dilansir dari laman Express.co.uk, menurut INPE, kebakaran tersebut akibat deforestasi, terutama untuk lahan peternakan.
Amazon Brazil menjadi pemasok sapi, terbesar di dunia. Terdapat sekitar 200 juta ekor sapi yang ada di Amazon.
Kebakaran yang melanda hutan Amazon akan mengancam kehidupan manusia, flora, dan fauna yang terdapat di dalamnya.
Sebab di dalam hutan hujan tersebut masih terdapat suku yang telah menghuni Amazon sejak lama.
Baca Juga: Pasca Kebakaran Hutan Amazon, Beginilah Keadaan Mencekam Kota Sao Paulo yang Diselimuti Awan Gelap
Satu diantaranya adalah suku Huaorani, yang masih identik dengan kaki yang unik dan bahasa beruang yang digunakannya.
Suku Huaorani berada di Ekuador, berbatasan langsung dengan Peru.
Berburu hewan hutan menjadi cara suku Huaorani untuk bertahan hidup.
Melansir laman Nationalgeographic.grid.id, suku Huaorani masih berburu monyet di hutan Amazon untuk dikonsumsi sehari-hari.
Baca Juga: 3 Penemuan Aneh yang Ada di Dalam Hutan, Salah Satunya Sungai Mendidih di Amazon
Peralatan yang digunakan untuk berburu merupakan peralatan tradisional dan masih sangat sederhana.
Pada tahun 2018 lalu, diperkirakan masih terdapat 4000 ribu orang suku Huaorani yang tinggal di pedalaman hutan Amazon.
Kawasan Etnis Waorani didirikan oleh pemerintah Ekuador untuk melindungi ekosistem di kawasan tersebut.
Baca Juga: Punya Habitat di Tengah Laut, Keberadaan Paus di Tengah Hutan Amazon Masih Jadi Misteri
Jika hutan Amazon terbakar maupun rusak, maka bukan tidak mungkin apabila monyet dan hewan-hewan lain yang dikonsumsi suku Huaorani juga ikut hilang.
Monyet dan babi menjadi hewan yang kerap diburu oleh masyarakat di suku Huaorani.
Tanpa perlu peralatan khusus, hanya menggunakan sumpit yang berisi jarum dan sudah dilumuri racun, sehingga bisa melumpuhkan mangsanya.
Baca Juga: Unik! Benci Laki-laki, Begini Cara Perempuan Amazon Punya Keturunan
Bahkan orang di suku Huaorani akan memanjat pohon secara langsung untuk berburu monyet.
Masyarakat di suku Huaorani juga tak memakai pakaian sehelai pun.
Selain jago berburu, masyarakat suku Huaorani juga pandai membuat topi, atau hiasan kepala yang lain.
Hal paling unik adalah bahasa yang digunakan oleh suku Huaorani adalah bahasa beruang.
Baca Juga: Terisolasi dan Berada Jauh Di Dalam Hutan Amazon, Suku Zoe Memegang Predikat Suku Paling Bahagia
Dikutip dari laman Nationalgeographic.grid.id, bahasa yang digunakan tidak menggunakan lidah seperti suku lainnya.
Hidup di lingkungan hutan, membuat bentuk kaki masyarakat di suku Huaorani melebar, terutama pada bagian ibu jarinya.
Tak jarang, jumlah jari kakinya melebihi jari manusia normal.
Baca Juga: Bukan Piranha, Monster Kecil Inilah Hewan Paling Bahaya di Sungai Amazon
(*)
Berjuang Halalin Pacar di Jepang dan Sudah Dilamar, Pria Wonogiri Berujung Ditinggal Nikah: Tak Kusangka
Source | : | express.co.uk,nationalgeographic.grid.id |
Penulis | : | Nopsi Marga |
Editor | : | Nopsi Marga |