"Utangnya mencapai Rp 10 miliar. Rp 7 miliar di Danamon, Rp 2,5 miliar di BRI dan 500 juta di kartu kredit," ujar Nasriadi.
Namun dari 4 eksekutor itu, ternyata hanya 2 orang yang akhirnya mau mengikuti ajakan AK.
Pasalnya, salah seorang eksekutor berinisial AL tiba-tiba kejang-kejang kesurupan saat sedang menuju ke lokasi rumah korban.
"Ditengah perjalanan dari apartemen ke Lebak Bulus tepatnya di jalan Pasar Minggu salah satu eksekutor tersebut kesurupan seperti sakit ayan," ungkap Nasriadi, dikutip Grid.ID dari Kompas.com.
Melihat kondisi rekannya yang tiba-tiba kesurupan, eksekutor lain berinisial RD kemudian mengantar AL ke penginapan di Pejaten, Jakarta.
Melihat AL yang kesurupan, RD akhirnya memutuskan untuk tak jadi ikut pembunuhan itu.
"RD pengin ikut sebenarnya, namun dia dapat informasi AL tak bisa ditinggal akhirnya RD mengurungkan dan hanya dua eksekutor yang ikut ke sana," lanjut Nasriadi.
Oleh karena itu, 2 eksekutor yang mengikuti aksi pembunuhan hanyalah AG dan SG.
Setibanya di Lebak Bulus, AG, SG bersama dengan otak pembunuhan AK dan GK langsung melumpuhkan kedua korban.
Setelah dua korban tewas, AK dan GK langsung membawa kedua jasad itu ke Kampung Cipanengah Bondol, Desa Pondok Kaso Tengah, Kecamatan Cidahu, Sukabumi, pada Minggu (25/8/2019) untuk membakarnya dan menghilangkan jejak. (*)
Source | : | Kompas.com,Tribun Jabar |
Penulis | : | Agil Hari Santoso |
Editor | : | Agil Hari Santoso |