Oleh sebab itu, nenek moyang orang Jawa, kata Mufti, meminta kepada masyarakat untuk prihatin atau mengadakan tirakatan memohon kepada Tuhan untuk diberikan keselamatan apabila terjadi gerhana bulan total.
Konon, masyarakat zaman dahulu memercayai bahwa gerhana bulan total bisa menimbulkan gempa bumi dahsyat.
"Karena daya tarik bulan ini sangat kuat sekali sehingga air laut ditarik ke bulan. Kalau dasar laut tanahnya itu enggak kuat, bisa pecah. Jadi, bisa membuat gempa bumi yang besar," bebernya.
Jadi, untuk menghindari sesuatu yang tidak diinginkan, masyarakat zaman dahulu membunyikan kentongan, memukul lesung, dan salat gerhana.
Bahkan, kalau ada wanita yang hamil harus mengusap perutnya menggunakan merang padi.
(Baca Juga: Kelelahan Karena Jadwal Padat, JR NU’EST Dilarika Ke UGD!)
"Mengusap merang padi adalah sebagai simbol dan proses penyucian diri dan janin yang dikandungnya. Selain itu, untuk sebuah pengharapan agar semuanya diberikan keselamatan, terhindar dari segala hal yang tidak baik," ujar Mufti.
"Itu cara tradisional untuk berinteraksi dengan alam. Tujuan utamanya adalah agar alam ini tetap harmonis, tidak terjadi apa-apa, dan mencari keselamatan. Secara ilmiah, secara tradisi itu bisa sinkron," imbuhnya.
Sementara itu, Kepala Pusat Astronomi Assalaam, AR Sugeng Riyadi, mengungkapkan, fenomena gerhana bulan total terjadi setiap tahun atau dua tahun. Pada tahun 2018, gerhana bulan terjadi sudah dua kali.
"Hanya, kalau momen gerhana bulan total plus blue dan supermoon fleksibel. Dengan aplikasi bisa dihitung dan fenomena itu (gerhana bulan total supermoon) akan terjadi kembali pada 31 Januari 2037," ungkap Sugeng.
Berita ini pernag tayang di Tribunnews.com dengan judul Mitos Gerhana Bulan, dari Gempa Dahsyat hingga Wanita Hamil Harus Usap Perutnya.
3 Bulan Nunggak SPP, Siswa SD Duduk di Lantai Jadi Tontonan Teman Sekelas, Pagi sampai Siang Tak Boleh Duduk di Bangku
Penulis | : | Siti Umaiya |
Editor | : | Siti Umaiya |