Laporan wartawan Grid.ID, Novia Tri Astuti
Grid.ID - Sampah selalu menjadi persoalan bagi seluruh warga Indonesia.
Namun sayang, nasib malang ini harus menimpa kampung baru dan warga yang tinggal di sana.
Sebuah kampung berdiri di atas tumpukan sampah.
Melansir dari Kompas.com, Sabtu (31/8/2019), kampung yang bernama Kampung Bengek ini dikenal sebagai kampung baru yang berlokasi di kawasan RW 17 Muara Baru, Penjaringan, Jakarta Utara.
Baca Juga: Niat Hati Ingin Mengurangi Sampah, Tapi Makanan Sisa Ini Justru Bisa Membuatmu Sakit!
Kampung Bengek atau kampung baru itu dihuni oleh gabungan warga RT 3, RT 4 dan RT 11.
Namun, banyak orang yang tidak tahu keberadaan kampung itu.
Keterbatasan lahan serta pekerjaan sangat dirasakan warga di kampung tersebut.
Itulah sebabnya, sebagian besar warga di kampung Bengek berprofesi sebagai pemulung dan pengangguran.
Di antara ribuan warga yang tinggal di atas rawa sampah itu, Ati (53) merupakan penghuni yang telah tinggal sejak awal kampung itu berdiri.
Sejak 5 tahun kampung itu berdiri, Ati telah bertahan hidup dan mencari penghasilan di sana.
Ati memutuskan pindah dari Lampung ke Jakarta karena ikut suami berdagang.
Setelah 25 tahun berdomisili di Rt 11, akhirnya ia memilih untuk membeli rumah di Kampung Bengek.
Baca Juga: Momen Ketika Dodit Mulyanto Salah Tingkah di Depan Shandy Aulia, Idolanya saat di Kampung
Rumah di sana didirikan bukan secara ilegal, namun juga mematuhi administrasi dan persyaratan lainnya.
Ati dan keluarga masih terdaftar sebagai warga RT 11.
Namun, lokasi Ati yang sudah terpisah dengan pemukiman RT 11 membuatnya tidak lagi dianggap sebagai warga di sana.
Ati juga mengakui jika ia sudah tidak pernah mendapatkan sembako.
"Dari RT enggak pernah dapat. Orang bagi-bagi sembako juga suka pilih-pilih," ungkapnya.
Selain itu Ati juga mengungkapkan bantuan sembako lebih sering diberikan oleh pihak luar.
Sejauh ini belum ada bantuan dari pemerintah yang ia dapatkan.
Baca Juga: Dana Dibunuh oleh Ibu Tiri, Sang Ibu Kandung Ternyata Pernah Beri Pesan Menyentuh untuknya
"Bilangnya ada BLT (Bantuan Langsung Tunai), mana saya ngga pernah dapat," terangnya.
Ati menceritakan jika ia bertahan hidup di sana untuk memprioritaskan anak dan cucunya.
Suami dan menantunya kini bekerja sebagai pelaut.
Mereka akan kembali ke rumah satu tahun sekali dengan membawa hasil seadanya.
Demi mencukupi kebutuhan anak cucu, Ati setiap hari bekerja sebagai pemulung dan sesekali berjualan cilok.
Tak jarang profesi yang ditekuni Ati ini tidak membuahkan hasil.
"Kalau pas lagi enggak punya, ngutang di warung," tambah Ati sambil menitikkan air mata.
Di rumah yang berukuran 4x4 di atas gundukan sampah tersebut, Ati tinggal bersama delapan orang anggota keluarganya.
"Ada cucu yang masih kecil. Makanya saya bilang kalau ada duit mending dipakai buat beli susu," tutur Ati.
Cucu Ati yang paling kecil berusia 10 bulan.
Untuk keperluan sehari-hari, Ati mengaku memanfaatkan air rawa untuk mandi dan mencuci.
Sementara untuk listrik, Ati menyambung dari warga lain dan melakukan pembayaran bulanan.
"Listrik ambil dari orang lain. Di sini anginnya kencang, suka takut kebakaran," ujar Ati.
Oleh sebab itu ia hanya menggunakan listrik seperlunya.
Lokasi kumuh dan terpencil itu menjadi rumah bagi para warga yang mengungsi karena kepadatan dan tingginya biaya hidup di ketiga RT yang ada di sana.
Melansir dari Tribunnews, penanganan sampah tersebut dirapatkan presiden pada (16/7/2019) bulan lalu.
Rapat tersebut dihadiri menteri kabinet kerja dan para kepala daerah.
Di sana Jokowi menyampaikan jika masalah sampah sudah sering dirapatkan.
"Urusan sampah ini juga sudah ingin kita selesaikan, ingin kita kerjakan," ungkap Jokowi.
"Sejak jadi gubernur sampai sekarang, sampai hari ini saya belum mendengar ada progress," paparnya.
Jokowi berharap melalui rapat ini nantinya dia bisa mendapatkan laporan bahwa ada satu atau dua masalah sampah yang telah selesai.
"Saya ingin betu-betul ada sebuah solusi sore hari ini. Problemnya ada di mana langsung dan waktu saya berikan kepada wali kota gubernur bupati yang hadir," lanjut Jokowi.
"Langsung to the point aja masalahnya ini. Nggak usah cerita terlalu panjang," tegas Jokowi. (*)
Awalnya Dituntut 12 Tahun, Harvey Moeis Cuma Dihukum Penjara Segini dan Bayar Uang Rp 210 M
Source | : | Kompas.com,Tribunnews.com |
Penulis | : | Grid |
Editor | : | Ayu Wulansari Kushandoyo Putri |