"Setiap pendeta memiliki otoritas untuk membuat keputusan seperti itu untuk sekolah."
"Dia memiliki wewenang untuk bertindak seperti itu," ujarnya.
Baca Juga: Cuma Jadi yang Kedua, Istri Muda Parto Patrio Tinggal di Rumah Mewah
Hammel menambahkan, pihaknya selama ini hanya memastikan bahwa buku-buku yang dikonsumsi siswa sesuai dengan usia mereka.
"Kami benar-benar tidak melakukan penyensoran dalam seleksi semacam itu, selain memastikan bahwa apa yang kami masukkan ke perpustakaan sekolah adalah bahan yang sesuai dengan usia siswa di ruang kelas kami," terangnya.
Perwakilan dari Keuskupan Katolik distrik sekolah Nashville hingga saat ini belum memberikan tanggapan.
Sejak novel Harry Potter pertama kali diterbitkan pada 1997, buku ini sudah menuai kontroversi.
Ditulis oleh J.K Rowling, buku-buku tersebut menceritakan perjuangan seorang penyihir menyelamatkan dunia sihir dari Lord Voldemort yang jahat.
Novel tersebut telah dilarang di banyak sekolah di berbagai negara karena diduga mempromosikan sihir dan bertentangan dengan kepercayaan tradisional Kristen.
Namun Rowling sudah memberikan bantahan mengenai tuduhan tersebut.
Ia mengatakan novelnya bagus dan tidak berusaha untuk mengarahkan anak-anak ke Setanisme.
"Seorang penulis tenar pernah mengatakan, 'Buku seperti cermin. Jika orang bodoh melihat ke dalam, Anda tidak bisa mengharapkan melihat seorang sejenius keluar'."
"Orang-orang cenderung menemukan dalam buku apa yang ingin mereka temukan. Saya pikir buku-buku saya sangat bermoral," ujarnya. (*)
Duduk Lesehan, Nia Ramadhani Buka Bersama Atlet Muda Pencak Silat di Yayasan Yatim Piatu
Penulis | : | Mia Della Vita |
Editor | : | Nurul Nareswari |