Kematian Munir ini awalnya diduga karena sang pegiat HAM tersebut sakit setelah beberapa kali terlihat bolak-balik ke toilet selama penerbangan selepas transit di Bandara Changi, Singapura.
Baca Juga: Kisah 3 Pria yang Memilih Tinggal dengan Mayat karena Tak Rela Ditinggal Orang Tersayang
Namun hasil autopsi yang dilakukan oleh kepolisian Belanda dua bulan setelah pemakamannya pada 12 November 2004 menunjukkan fakta lain.
Seperti yang dilansir dari Kompas, hasil dari autopsi itu menunjukkan adanya senyawa arsenik di tubuh Munir.
Hasil autopsi ini pun kemudian diumumkan oleh Kepolisian RI (Polri) di Jakarta.
"Begitu hasil pemeriksaan laboratorium terhadap jenazah Munir dari Belanda yang kami terima dari Departemen Luar Negeri (Deplu). Ada dugaan kematian Munir tidak wajar," ujar Kapolri saat itu, Jenderal Pol Da'i Bachtiar.
Polri pun segera membentuk tim forensik guna melakukan pendalaman.
Makam Munir digali kembali untuk memeriksa lebih dalam kondisi jenazah.
Baca Juga: Kekasihnya Tewas Gantung Diri di Kamar kos, Gadis Ini Teringat Perilaku Pacarnya: Sering Murung
Sudah 15 tahun berlalu, namun Polri masih belum bisa menguak misteri di mana dalang dari kasus pembunuhan Munir.
(*)
Kronologi Ricuhnya Demo Indonesia Gelap, Para Mahasiswa Ancam Bakal Demo Lagi Jika Pemerintah Tak Lakukan ini
Source | : | Kompas.com,Youtube Kompas TV |
Penulis | : | Arif Budhi Suryanto |
Editor | : | Ayu Wulansari Kushandoyo Putri |