Sejak saat itu, Habibie lebih suka mengurung diri dan menghabiskan waktu untuk membaca.
Apa yang dilakukan Habibie itu merupakan salah satu praktik penanaman kebiasaan membaca.
Berangkat dari sanalah Habibie menjadi orang yang kritis, banyak mencari masalah dan banyak menemukan solusi.
Baca Juga: Merasa Kehilangan atas Meninggalnya BJ Habibie, SBY: Saya Memiliki Kedekatan Secara Pribadi
Namun sayang di usia 14 tahun, tepatnya pada 3 September 1950, Habibie harus kehilangan sosok ayah yang sangat ia cintai.
Meskipun dalam keadaan berduka, Habibie tidak mau berhenti sampai di situ saja.
Anak keempat dari delapan bersaudara itu kemudian melanjutkan menimba ilmu di Institut Teknologi Bandung.
Baca Juga: BJ Habibie Meninggal Dunia, In Memoriam Presiden Ketiga RI Jadi Duka untuk Tanah Air
Sebelum kemudian Habibie mendapatkan beasiswa di Rhenish Wesfalishche Tecnische Hochscule, di Jerman.
Saat itulah pengetahuan tentang teknologi dan mesin semakin terasah.
Tak hanya itu, Habibie juga merupakan sosok pekerja keras.
Baca Juga: Tak Tergeser Sedikitpun, Begini Potret Ranjang Tua Tempat BJ Habibie Main Pesawat-pesawatan
Source | : | Kompas.com,Tribun Style |
Penulis | : | Novia |
Editor | : | Ayu Wulansari Kushandoyo Putri |