Sebanyak 18,5 persen mereka yang berjerawat merasakan depresi, sedangkan mereka yang tak memiliki jerawat juga merasakan depresi, namun jumlahnya tak lebih dari 12 persen.
Jumlahnya tidak terlihat terpaut terlalu jauh. Tapi, deraan depresi meningkat dramatis pada tahun-tahun berikutnya, seiring dengan pertumbuhan jerawat tersebut.
Risiko depresi yang meningkat hanya bertahan selama lima tahun setelah mereka memiliki jerawat. Sementara, pada tahun pertama risiko depresi mencapai 63 persen.
Ini mengindikasikan bahwa ada periode kritis yang harus diwaspadai terhadap seseorang yang memiliki kulit berjerawat terhadap kesehatan mental.
Pemimpin penelitian, Isabelle A Vallerand, menjelaskan, jerawat bukan sekadar masalah kulit, tapi memiliki dampak secara luas terhadap kesehatan mental.
(BACA : Cewek Wajib Tahu, Inilah Penyakit Kulit yang Bisa Menyerang Miss V, duh Gawat nih)
"Bagi mereka yang memiliki kulit berjerawat, ini bisa dianggap lebih dari sekadar masalah kulit."
"Temuan ini bisa berdampak sangat signifikan terhadap kesehatan dan harus dipikirkan secara serius," ujar Vellerand.(*)
(Artikel ini pernah tayang di Kompas.com dengan judul :"Tak Hanya Soal Kulit, Jerawat Picu Risiko Depresi")
Berjuang Halalin Pacar di Jepang dan Sudah Dilamar, Pria Wonogiri Berujung Ditinggal Nikah: Tak Kusangka
Penulis | : | Linda Fitria |
Editor | : | Linda Fitria |