Kolase dari Instagram.com/@anandabadudu/@isyanasarasvati
Sosok Ananda Badudu menjadi kunci di balik dana ratusan juta Rupiah yang mendukung demo mahasiswa di Gedung DPR 23-24 September 2019.
Baca Juga: Taman Rusak Gara-gara Para Pendemo, Ganjar Pranowo Minta Pertanggung Jawaban di Depan Ratusan Mahasiswa
Mengutip artikel terbitan Tribun Jakarta, Ananda adalah salah satu personil band Banda Neira yang juga digawangi kakak Isyana Sarasvati, Rara Sekar.
Mulai melejit pada tahun 2012 lalu, sayangnya Banda Neira memutuskan untuk membubarkan diri pada Desember 2016.
Namun, hingga kini Ananda dan Rara masih aktif dalam kegiatan bermusik.
Baca Juga: Viral Video Kericuhan Demo Mahasiswa di Makassar, Pot Bunga Hingga Motor yang Terparkir di Pinggir Jalan Banyak yang Rusak
VIDEO
Bukan cuma karier di bidang musik saja.
Ananda rupanya pernah berkarier sebagai wartawan di Tempo.
Dalam laman LinkedIn Ananda Badudu, tertulis bahwa dirinya pernah menjadi wartawan di PT Tempo Inti Media Tbk.
Baca Juga: Dukung Aksi Mahasiswa yang Demo ke DPR, Para Penumpang Kereta di Stasiun Manggarai Kompak Beri Tepuk Tangan
Sosok Ananda juga rupanya bukanlah orang sembarangan.
Kompas.com memberitakan, Ananda adalah cucu dari ahli bahasa kenamaan sekaligus Guru Besar Fakultas Sastra Universitas Padjajaran, JS Badudu.
JS Badudu dikenal masyarakat sejak tampil dalam acara Pembinaan Bahasa Indonesia yang tayang di TVR pada 1977-1979 dan 1985-1986, yang mana pada saat itu TVRI adalah satu-satunya stasiun televisi di Indonesia.
Baca Juga: Unjuk Rasa Berakhir Ricuh di Makassar, Polisi Tembakkan Gas Air Mata dan Pukul Mundur Mahasiswa yang Demo di Depan Gedung DPRD Sulawesi Selatan
JS Badudu juga telah menelurkan karya yang tak main-main, termasuk Kamus Umum Bahasa Indonesia (1994) revisi kamus Sutan Muhammad Zain.
Ada juga Kamus Kata-kata Serapan Asing yang terbit pada 2003 dan Kamus Peribahasa (2008).
Sebelum menyandang gelar sebagai Guru Besar Fakultas Sastra Universitas Padjajaran, JS Badudu mendapatkan titel Doktor dari Fakultas Sastra Universitas Indonesia pada tahun 1975.
Baca Juga: Mahasiswa Turun ke Jalan Tolak RKUHP, Emak-Emak Langsung Gelar Lapak di Trotoar dan Bagikan Makanan Gratis: Ayo, Jangan Sampai Kelaparan!
JS Badudu wafat pada 12 Maret 2016 karena komplikasi penyakit.
View this post on Instagram
Siaran Pers: Guru Bahasa Indonesia J.S. Badudu Wafat Telah berpulang dalam damai Bapak dan Opa kami Jusuf Sjarif Badudu di Rumah Sakit Hasan Sadikin, Bandung, pada Sabtu 12 Maret 2016 pukul 22.10. Beliau meninggal pada usia 89 tahun karena komplikasi penyakit yang diderita semasa tuanya. Dua hari sebelum wafat, ia dirawat inap di RSHS karena serangan stroke. Sekitar sepuluh tahun belakangan, ia sudah beberapa kali diserang stroke ringan maupun berat yang mengakibatkan kondisi fisiknya semakin lama semakin menurun. Jenazahnya akan disemayamkan di tempat tinggalnya sehari-hari, yakni di Bukit Dago Selatan nomor 27, Bandung. Setelah disalatkan, rencananya jenazah akan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Cikutra, Bandung. J.S. Badudu dikaruniai 9 anak, 23 cucu, dan 2 cicit. Istrinya, Eva Henriette Alma Koroh, lebih dulu berpulang pada 16 Januari 2016 lalu pada usia 85 tahun. Mereka hidup bersama dalam ikatan pernikahan selama 62 tahun. Prof. Dr. J.S. Badudu lahir di Gorontalo pada 19 Maret 1926. Sepanjang usia ia mengabdikan diri untuk Bahasa Indonesia melalui kegiatan belajar-mengajar dan tulis-menulis. Ia telah menjadi guru sejak usia 15 tahun dan mengakhiri pengabdiannya di bidang pendidikan pada usia 80 tahun, itu pun karena kondisi fisik yang terus menurun seiring bertambahnya usia. J.S. Badudu dikenal masyarakat luas sejak ia tampil dalam acara Pembinaan Bahasa Indonesia yang ditayangkan di TVRI pada 1977-1979, dilanjutkan tahun 1985-1986. Pada saat itu TVRI adalah satu-satunya siaran televisi di Indonesia. Beberapa karya besar di antara puluhan buku yang pernah ditulisnya: Kamus Umum Bahasa Indonesia (1994), revisi kamus Sutan Muhammad Zain; Kamus Kata-kata Serapan Asing; Inilah Bahasa Indonesia yang Benar (1993), dll Sejauh catatan pribadi beliau, ia telah 8 tahun menjadi guru SD, 4 tahun guru SMP, 10 tahun guru SMA, dan 42 tahun menjadi dosen di Unpad dan UPI Bandung. Ia menginjak usia pensiun pada 1991, namun setelah itu masih aktif mengajar dan menulis sampai awal 2000. *Siaran ini dibikin pada Minggu, 13 Maret 2016, pukul 01.00 pagi.
A post shared by ananda badudu (@anandabadudu) on Mar 12, 2016 at 10:29am PST
(*)
PROMOTED CONTENT
REKOMENDASI HARI INI
5 Rekomendasi Pelembap Anti Jerawat dan Harganya, Bisa Pulihkan Kulit yang Meradang, dari Rp11 Ribu