Mereka beramai-ramai mendirikan usaha mulai dari berdagang makanan dan minuman hingga menyediakan akomodasi seperti tenda dan penginapan.
"Ada puluhan keluarga ikut andil, awalnya tidak punya mata pencaharian, seperti janda-janda tua, kita utamakan orang-orang seperti itu," kata Jarok kepada Kompas.com, Selasa (24/09/2019).
Lebih lanjut, Jarot mengatakan jika dihitung nilai maka omset yang didapat oleh warganya setiap hari bisa mencapai jutaan rupiah.
Padahal seperti diketahui, Upah Minimun Kabupaten (UMK) Lebak saja hanya sebesar Rp 2.498.068 per 2019 ini.
"Sekarang sangat terasa oleh warga, nilainya kalau diperkirakan bisa di atas UMK Lebak dalam satu hari di akhir pekan saat ramai," kata Jarok.
Menurut Jarok, sebelumnya warga di desanya rata-rata adalah petani dan gurandil atau penambang emas di lahan sisa peninggalan PT Antam yang penghasilannya saja tidak menentu.
Manfaat dari ramainya pengunjung yang datang juga diakui Jarok terasa hingga penduduk di Gunung Luhur.
"Beberapa kepala desa cerita ke saya kalau warganya banyak yang buka usaha temoat istirahat dan warung di sepanjang jalur ke Gunung Luhur, mulai dari Cipanas hingga Citorek,"
"Alhamdulillah banyak berkahnya," kata dia.
Kepala Desa Citorek Kidul pun berharap objek wisata yang terletak di Gunung Luhur itu dapat ditata dengan lebih baik terutama jalannya.
Karena setiap akhir pekan bahkan bisa memicu kemacetan hingga 7 kilometer.
"Jalan sangat mendesak, kami berharap bisa segera diselesaikan. Kami juga ingin ada posko polisi. untuk kenyamanan dan keamanan karena banyak pengunjung dikhawatirkan ada kriminalitas," pungkas Jarok.
(*)
Penulis | : | Arif Budhi Suryanto |
Editor | : | Nurul Nareswari |