Laporan Wartawan Grid.ID, Ridho Nugroho
Grid.ID – Peragaan busana yang menampilkan tren fashion untuk musim mendatang menjadi suguhan utama yang tentunya ditunggu-tunggu oleh pencinta fashion.
Seperti layaknya fashion show lainnya yang tak terhitung dalam setahun bisa diadakan di berbagai pusat kota maupun di pusat perbelanjaan, presentasi koleksi dari para desainer pastinya menarik perhatian insan mode.
Stylo Grid.ID pernah mengingat ucapan Taruna K. Kusmayadi, Advisory Board Indonesian Fashion Chamber, yang menuturkan perihal pentingnya fashion show bagi sebuah asosiasi.
“Sah-sah, saja, kok, kita asosiasi desainer mode punya konsep dalam memamerkan koleksi busana. Tapi, fashion show itu memang wajib diadakan. Kalau nggak menampilkan tren fashion, ya, rasanya aneh. Jadi, trend fashion show baik yang simpel kayak trunk show atau yang megah spektakuler, ya, harus wajib diadakan,” ujar Nuna, sapaan akrab pria berkacamata yang malang melintang di dunia mode Indonesia tersebut.
Yap, sepakat dengan mas Nuna, Stylo Grid.ID juga selalu menanti perhelatan fashion show yang benar-benar memberikan rujukan tren busana terkini yang nantinya menjadi acuan pemilihan gaya para pencinta mode.
Contohnya adalah Malang Fashion Trend 2018 yang digelar bersamaan dengan January Board Meeting tahun kedua Indonesian Fashion Chamber yang bertempat di Harris Hotel & Convention, Malang, Jawa Timur.
Stylo Grid.ID pun mendapat tempat di front row untuk menikmati deretan busana rancangan para desainer senior papan atas Indonesia dan para desainer muda berbakat yang merupakan anggota dari IFC.
Malang Fashion Trend sengaja digelar di hari kedua setelah acara pelantikan 25 anggota baru IFC malam sebelumnya, yakni 28 Januari 2018.
Daftar nama-nama populer yang ‘senior’ sebagai perancang busana semisal Lenny Agustin, Sofie, Deden Siswanto, Ali Charisma yang juga merupakan National Chairman Indonesian Fashion Chamber, Hannie Hananto, Geraldus Sugeng pun tak ayal ambil bagian menghiasi panggung mode Malang Fashion Trend.
Menyusul nama desainer muda berbakat Indonesia seperti Bramanta Wijaya, Weda Githa, Sav Lavin, Elma, Mudrika Paradise dan Aldre yang melengkapi perhelatan Malang Fashion Trend 2018 saat itu.
Lenny Agustin yang konsisten dengan gaya ‘Funky Chic Colorful Ethnic’ nya pun membuka peragaan busana Malang Fashion Trend 2018.
“Lenny, banget” adalah istilah yang terlontar pertama kali saat Stylo Grid.ID melihat koleksi Lenny Agustin.
Deretan busana dengan paduan kontras dan potongan seksi feminin yang berwarna-warni dalam nuansa etnik begitu cantik disajikan seorang Lenny Agustin.
Potongan boxy, cropped dan midi berpadu manis mencirikan busana siap pakai dalam gaya kontemporer yang apik.
(Tanggapan Ali Charisma Soal Bisnis Busana Fashion Para Artis yang Jadi Saingan Desainer Indonesia )
Kemudian disusul dengan rekan senior desainer lainnya, Sofie, yang meminjam istilah para kritikus mode lainnya ialah ‘Potongan khas Sofie’ dengan deretan busana lurik bergaris rancang minimalis modern dan chic.
Ali Charisma seakan tak mau kalah, gaun feminin yang sarat akan nuansa elegan bersiluet seksi bergaya sheer muncul menampilkan pesonanya.
Koleksi rancangan Ali memadukan berbagai warna dari hitam hingga ungu burgundy pun begitu menarik perhatian dan cocok dijadikan referensi busana gaun pesta di tahun 2018.
Hannie Hananto yang juga memiliki ciri khas simpel minimalis mengembalikan nuansa dramatis dari gaun Ali Charisma ke suasana ceria cheerful.
Gaya color-block dari warna merah, biru, putih, kuning menghiasi koleksi ‘Egg or Chicken’ ala Hannie Hananto yang berpadu dengan teknik rajutan yang dituangkan melalui siluet H-line yang sesekali dipadukan dengan gaya three pieces.
(Tips Merintis Karier dan Bisnis Fashion Sebagai Perancang Busana Pemula dari Desainer Lenny Agustin)
Deden Siswanto pun tak kalah memesona menginterpretasikan koleksi busana pria bergaya kontemporernya ke dalam suguhan dramatis nan apik lewat koreografi, tata lampu dan musik yang berbeda.
Istilah “Deden banget!” juga tercetus kala Stylo Grid.ID melihat potongan kemeja berkerah tinggi yang dipadu gaya styling kain di kanan-kiri atas bawah lengkap dengan topi, tas dan properti detail yang dipikirkan Deden.
Sekali lagi, Deden berhasil dengan menghadirkan gaya yang Stylo sebut ‘Royal Etnik Kontemporer’ dalam setiap potong koleksi busananya.
Desainer lainnya pun tak kalah mahir memanjakan mata para tamu yang hadir dengan karya koleksinya.
Sebut saja Geraldus Sugeng yang memilih nuansa playful lewat bahan bermotif yang dituangkan ke dalam warna-warni terang berani seperti hijau neon, merah, dan kuning serta warna monokrom.
Geraldus Sugeng paham benar bahwa permainan motif pada busana akan memberi kesan ‘ramai’ sehingga pemilihan siluet busana pun jatuh pada potongan H-line yang tegas dan feminin, namun tetap menonjolkan lekuk tubuh.
Sedikit saja kekurangan dari koleksi Geraldus adalah motif printing yang belum terlihat unik dan berbeda dari koleksi busana lainnya.
Motif yang jika Stylo Grid.ID tidak salah mirip dengan baroques ini mungkin bisa dieksplorasi lebih baik lagi di koleksi Geraldus Sugeng mendatang.
Lampu sorot pun beralih kepada koleksi rancangan desainer muda Bramanta Wijaya asal Semarang yang belum lama menggelar fashion show tunggal di Hotel Gran Mahakam, Jakarta.
Aksen tassel yang disusun sedemikian rupa di sepanjang gaun menjadi daya tarik utama gaun putih rancangan desainer yang sudah 6 tahun berkecimpung di dunia mode.
Perpaduan antara material ringan dan luxorious laces melebur jadi satu dalam siluet yang dipadu padankan yang terdiri dari low back, capes, cloak dan beragam gaun panjang nan romantis.
Sayangnya, kesan elegan glamor, seksi dan klasik dari rancangan Bramanta Wijaya harus ternodai dengan kesulitan para model cantik yang berjalan di atas catwalk.
Alas kaki bertumit tinggi yang juga dihiasi dengan imbuhan mutiara atau beadings beberapa seringkali tersangkut dengan gaun klasik seksi bergaya sheer tersebut sehingga merusak suasana glamor dan indah yang sedang dibangun saat presentasi koleksi dari Bramanta Wijaya.
Peragaan busana Malang Fashion Trend pun dilanjutkan dengan koleksi dari Elma Faricha.
Deretan busana hijab bergaya clean-cut dan simpel elegan dihadirkan oleh Elma dalam palet merah, krem atau nude serta pink.
Styling hijab yang bergaya draperi sepintas membuat Stylo Grid.ID berpikir bahwa Elma mencoba menerjemahkan gaya headpieces pramugari maskapai Emirates Airways dengan paduan warnanya yang sangat ikonik.
(Ungkapan Kebebasan Desainer Eddy Betty dalam 79 Koleksi Busana Couture di Fashion Show Liberte )
Dari sisi komersial, jelas koleksi busana Elma memiliki nilai jual karena busana polos semestinya lebih banyak peminatnya.
Namun, dari sisi koleksi yang diperuntukkan bagi Malang Fashion Trend, Elma belum memberikan ‘perbedaan’ yang spesifik dalam karya busananya kali ini.
Masih dengan koleksi busana hijab, Mudrika Paradise menawarkan pilihan motif lainnya di Malang Fashion Trend.
Cermat dalam memilih konsep ‘seimbang’ dalam styling koleksinya, Mudrika Paradise memadukan hijab bergaya simpel berwarna putih polos yang diberi aksen pita besar dengan busana bermotif bertumpuk bersiluet H-line.
Sementara desainer Oka Zulkarnain pun menitikberatkan rancangannya pada potongan lengan yang beraneka ragam berukuran tiga per empat dan tujuh per delapan serta model kerah yang senada.
Gaya draperi dan ruffles serta puff pun hadir menghiasi koleksi tabrak warna dan motif milik Oka Zulkarnain.
Stylo Grid.ID pun kembali dibuat tersanjung dengan rancangan berikutnya karya Weda Githa.
Gaya kontemporer dipilih Weda dengan memadukan berbagai kain sarong dan ragam jenis luaran semisal kimono dan jaket pada busana pria miliknya.
Permainan layering menjadi tajuk utama dari koleksi Weda Githa dengan penambahan gaya volume melalui pemakaian celana hareem dan lengan berpotongan lebar.
Peragaan busana pun ditutup dengan rancangan busana dari desainer muda Aldre.
Koleksi busana kaum adam disajikan Aldre dalan rona hitam dan abu-abu.
Sayang sekali, meski ditujukan sebagai styling, namun ada beberapa looks dan ornamen dari rancangan Aldre yang tidak memiliki unsur ‘komersial’ bagi sebuah koleksi busana pria.
Malang Fashion Trend 2018 ditutup dengan finale semua koleksi para desainer yang berpartisipasi serta para pendukung acara dan desainer Indonesian Fashion Chamber.
Dari beberapa kekurangan di sana sini, Malang Fashion Trend patut diacungi jempol karena mampu menghadirkan presentasi busana yang terbilang baik dan memukau.
Congratulations! (*)
Penulis | : | Ridho Nugroho |
Editor | : | Ridho Nugroho |