"Hari besoknya ibu ngasih nasi sebagai tanda terima kasih dan silaturahmi karena sama-sama membantu, tapi banyak yang menolak. Ada yang menerima, tapi diambil oknum terus dikembalikan," terang Siti, anak pertama Tini.
Siti Aminah (27) putri sulung Tini pun mengaku kecewa dengan sikap warga terhadap ibunya.
Ibunya yang tak tahu apa-apa soal pilkades justru dijadikan korban sampai tidak ada warga yang mau datang membantu acara hajatan.
"Ibu bukan kader, bukan timses, tidak mencolok, kawan sana kawan sini, ia saja hanya buruh tani biasa dan ibu rumah tangga,"
"Kalau gak kerja, ibu cuma bantu jaga warung kakaknya, bungkusi atau apa," ucap Siti kepada TribunSolo.com di RT 13 Dukuh Jetak, Desa Hadiluwih, Sumberlawang, Sragen, Kamis (17/10/2019).
Acara pemboikotan itu sendiri disebut Siti sudah tampak sejak malam klumpukan ulem atau pembuatan undangan pada selasa atau seminggu yang lalu.
"Sebelum klumpukan ulem, sekitar hari rabu, ibu itu datang ke Pak RT biasalah silaturahmi mau minta tolong untuk membantu ngurus hajatan," kata Siti.
Melansir dari Kompas.com, saat itu Tini mendatangi ketua RT setempat untuk meminta bantuan pembagian kerja.
Namun, ketua RT mengatakan kalau pembagian kerja bukan kewenangannya lagi.
Ketua RT pun kemudian menyuruh Tini untuk menemui Karang Taruna.
Source | : | kompas,tribun |
Penulis | : | Arif Budhi Suryanto |
Editor | : | Nurul Nareswari |