"Make-up nya tua."
"Kalo nggak siap terima komen nggak usah jadi artis."
"Najis OKB."
"Cari sensasi terus."
Kenapa netizen paling suka menggunakan media sosial untuk melontarkan komentar jahat?
(BACA: Nyetop Artis Narkoba, Polisi Bakal Sambangi Lokasi Syuting dan Konser untuk Cek Urin Pekerja Seni!)
Netizen merasa aman karena dirinya tidak diketahui oleh korban, dan tidak sadar bahwa hal itu merugikan orang lain.
Ibarat surat kaleng, netizen merasa nyaman memberi komentar jahat lewat akun palsu atau anonim di media sosial karena identitasnya tidak diketahui oleh target.
Mereka lupa kalau ngasih komentar jahat (hate speech) pakai akun palsu itu termasuk bullying dan bisa dituntut atas pencemaran nama baik dan itu punya efek yang lebih dalam dibandingkan bullying secara verbal," tulis @nindyparasadyharsono seperti dikutip Grid.ID (22/2/2018).
Sontak unggahan Nindy itupun memdapat beragam komentar dari netizen.
"Yang komentar seperti itu tandanya iri kak, karena dia nggak bisa seperti kakak," ujar @rahma_bundaaffika.
"Stop bullying, kalau ada yang nggak berkenan unfoll. Kalau mau kasih nasihat DM aja. Jangan jadi orang jahat deh, ingat dosa, sabar ya mba @nindyparasadyharsono," ungkap @prelovedsecondanakhii.
"Ah, itu mah orang sirik aja, nggak demen, tapi follow, nggak suka tapi diliatin, banyaklah orang-orang munafik," ucap @s.dhanz.
"@nindyparasadyharsono simple mba Nindy, orang-orang yang suka komen buruk,berarti kurang pendidikn tinggi, jamin deh orang-orang seperti itu hidupnya kurang bahagia," tandas @rayramehta.
(*)
Teaser Film 2nd Miracle In Cell No. 7 Dirilis, Vino G Bastian Ungkap Keharuannya
Penulis | : | Widyastuti |
Editor | : | Widyastuti |