Fasseta bahkan meminta keadilan untuk anaknya dengan menuntut hukuman mati bagi para tersangka.
Tak cukup sampai di situ, Fasseta juga berharap agar organisasi Menwa yang diikuti anaknya tersebut dibubarkan.
"Dari rekontruksi yang menyebabkan anak saya meninggal dari awal hingga akhir, apa yang dilakukan oleh Menwa itu bukan mendidik seperti yang dikatakan pada saya."
"Saya melihat (kepala) anak saya dimasukkan ke dalam ember, diinjak, dan ditendang. Oleh karena itu harapan kami minta hukum seadil adilnya dan tutup menwa," ujar Fasseta.
Sebelumnya, korban sempat dibawa ke rumah sakit dan tampak terlihat mengerang kesakitan sembari memegangi kemaluannya.
Baca Juga: Kronologi Meninggalnya Praja IPDN Saat Diksar, Subuh Masih Telepon Orang Tua, Sampai Bilang Teman
"Waktu itu ia seperti kesakitan, dan memegang kemaluannya terus menerus."
"Akhirnya kami bawa ke Rumah Sakit," ungkap saksi yang berjenis kelamin perempuan,
Namun nahas, nyawanya tak tertolong dan korban dinyatakan meninggal dunia setelahnya.
(*)
Source | : | tribun palembang,Kompas |
Penulis | : | Siti Maesaroh |
Editor | : | Nindya Galuh Aprillia |