Laporan Wartawan Grid.ID, Siti Maesaroh
Grid.ID - Kasus kekerasan yang melibatkan senior-junior kembali terjadi dan memakan korban jiwa.
Seorang mahasiswa dilaporkan tewas usai mendapatkan tindakan penganiayaan dan kekerasan dari senior di kampusnya.
Melansir dari Tribun Palembang, Muhammad Akbar (19) meregang nyawa saat mengikuti acara Pendidikan Dasar Resimen Mahasiswa (Diksar Menwa).
Dalam peristiwa yang menewaskan mahasiswa dari Universitas Taman Siswa Palembang itu, pihak kepolisian sudah menetapkan tiga orang tersangka yang berinisial R, IS dan KI.
Usut punya usut, korban diketahui beberapa kali mengalami kekerasan berupa tendangan dan pukulan di tubuhnya.
Parahnya, salah seorang tersangka juga menendang kemaluan korban dari arah belakang.
Tak cukup sampai di situ, kaki dan tubuh korban juga diikat dengan tali tambang oleh seniornya.
Terus menerus mengalami kekerasan, korban juga sempat mengalami kejang-kejang sembari berteriak-teriak sebelum tewas.
Perlakuan kejam tersangka terungkap usai polisi menggelar rekonstrusi kejadian yang menewaskan korban.
Melansir dari Kompas.com, peristiwa nahas itu terjadi di Desa Tanjung Baru, Kecamatan Indralaya Utara, Ogan Ilir, Sumatera Selatan, pada Oktober lalu.
Ibu korban, Fasseta (26) yang menyaksikan langsung proses rekontruksi yang menewaskan anaknya tampak histeris dan tak bisa menyembunyikan rasa sedih sekaligus amarahnya.
Reka adegan yang digelar pada Senin (11/11/2019) itu melihat kejadian yang menyebabkan korban Akbar meninggal dunia.
Disela-sela adegan per adegan Fasseta tak mampu menahan tangis saat melihat perbuatan sadis pelaku terhadap putranya.
Fasseta bahkan meminta keadilan untuk anaknya dengan menuntut hukuman mati bagi para tersangka.
Tak cukup sampai di situ, Fasseta juga berharap agar organisasi Menwa yang diikuti anaknya tersebut dibubarkan.
"Dari rekontruksi yang menyebabkan anak saya meninggal dari awal hingga akhir, apa yang dilakukan oleh Menwa itu bukan mendidik seperti yang dikatakan pada saya."
"Saya melihat (kepala) anak saya dimasukkan ke dalam ember, diinjak, dan ditendang. Oleh karena itu harapan kami minta hukum seadil adilnya dan tutup menwa," ujar Fasseta.
Sebelumnya, korban sempat dibawa ke rumah sakit dan tampak terlihat mengerang kesakitan sembari memegangi kemaluannya.
Baca Juga: Kronologi Meninggalnya Praja IPDN Saat Diksar, Subuh Masih Telepon Orang Tua, Sampai Bilang Teman
"Waktu itu ia seperti kesakitan, dan memegang kemaluannya terus menerus."
"Akhirnya kami bawa ke Rumah Sakit," ungkap saksi yang berjenis kelamin perempuan,
Namun nahas, nyawanya tak tertolong dan korban dinyatakan meninggal dunia setelahnya.
(*)
Source | : | tribun palembang,Kompas |
Penulis | : | Siti Maesaroh |
Editor | : | Nindya Galuh Aprillia |