Barulah kemudian pada pukul setengah 12 malam, Panji terbangun karena mendengar suara letusan tembakan.
"Pas saya bangun, saya lihat ternyata ada penuh, kisaran 30 sampai 40 orangnya Bapak IN (Irfan Nur) yang sudah terjadi pengeroyokan terhadap pegawai saya," ungkap Panji.
Panji pun kemudian diseret keluar secara paksa oleh orang-orang suruhan Irfan.
Sesampainya di kerumunan massa, Panji pun dihampiri dan dirangkul oleh Irfan yang datang menenteng senjata api pistol jenis Kaliber 9 mm.
"Saya dirangkul IN (Irfan Nur) yang sambil menenteng senpinya, persis di depan kantor IN, dia ancam bunuh saya," ungkap Panji kepada wartawan.
"Katanya 'kamu di sini bikin masalah terus, kamu di sini bikin rusuh terus'. Padahal kami di sana tidak ada niat keributan, sejam pun kami tak ada," lanjutnya.
Melansir dari Tribun Jateng, Panji pun sempat menepis senjata api yang dibawa Irfan, namun senpi tersebut justru lepas meletus dan mengenai lengan kirinya serta seorang anak buah Irfan.
Setelah insiden berdarah itu, Panji kemudian dibawa masuk ke kantor Irfan.
Di situlah kemudian Irfan memberikan pembayaran sejumlah Rp 500 juta seperti yang ditagih Panji sebagai uang pembayaran atas proyek yang sudah digarapnya.
Source | : | Kompas.com,Tribun Jateng,Tribun Cirebon |
Penulis | : | Arif Budhi Suryanto |
Editor | : | Ayu Wulansari Kushandoyo Putri |