Grid.ID - Belum lama ini, sebuah unggahan video di kanal YouTube tentang ramalan musim kemarau panjang terjadi tahun 2019-2022 viral di berbagai media sosial.
Video yang diunggah akun YouTube itu menyebut akan terjadi kemarau panjang tahun 2019-2022 berdasarkan prediksi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG).
Ramalan musim kemarau panjang selama tiga tahun berturut-turut itu pun dibantah oleh BMKG.
Baca Juga: BMKG Peringatkan Cuaca Panas di Jakarta & Sekitarnya Hingga Seminggu Ke Depan
Berdasarkan pantauan Grid.ID dari laman YouTube, video ramalan musim kemarau panjang yang viral itu diunggah oleh akun YouTube Ummu Al Fatih 2, pada Maret 2019 lalu.
Video tersebut berjudul BMKG "Global Warming 2019-2021", Jika Benar Tahun Ini Maka Dajjal Tidak Lama Lagi Akan Keluar.
Namun, usai viral video tersebut kini telah berganti judul menjadi Benarkah Tahun Ini? 3 Tahun Kemarau Panjang Sebelum Dajjal Datang | Tanda Tanda Kiamat.
Baca Juga: Jokowi Umumkan Perpindahan Ibu Kota Baru, Begini Prediksi BMKG
Narasi pada video tersebut adalah sebagai berikut.
"Beberapa saat lalu, Badan Meteorologi dan Geofisika menyatakan bahwa akan terjadi kemarau panjang yang akan melanda dunia.
Diperkirakan kemarau panjang tersebut akan dimulai tahun 2019-2022.
Bahkan disebutkan jika cadangan air dunia saat ini hanya tersisa 3% saja," narasi pada video tersebut.
Video tersebut tak ayal meresahkan masyarakat dan viral di media sosial.
Tak ayal BMKG memberikan klarifikasi terkait video viral musim kemarau panjang selama tiga tahun berturut-turut tersebut.
Dilansir Grid.ID dari laman Twitter resmi @infohumasBMKG memberikan keterangan bahwa video tersebut hoax.
SIARAN PERS
BMKG Pastikan Isu Global Warming 2019-2020 Adalah Hoax
(A Thread) pic.twitter.com/k79Y3211Ez
— Humas_BMKG (@InfoHumasBMKG) November 18, 2019
Menanggapi hal tersebut, BMKG menerangkan beberapa hal, yaitu:
1. Informasi yang disampaikan tidak benar karena BMKG tidak memprediksikan kekeringan panjang bertahun-tahun. Kemudian, pada tahun 2020, tidak teridentifikasi akan terjadi El-Nino kuat. Lembaga NOAA dan NASA (Amerika) serta JAMSTEC (Jepang) juga memprediksikan hal yang sama.
Baca Juga: Viral Informasi Potensi Tsunami di Pantai Selatan Jawa, BMKG Tegaskan Mengungsinya Bukan Sekarang
2. BMKG memprediksikan tidak ada potensi anomali iklim pada tahun 2020, baik di Samudera Pasifik maupun Samudera Hindia yang berdampak pada curah hujan di Indonesia. Curah hujan akan cenderung sama dengan pola iklim normal atau klimatologisnya.
3. El Nino lemah tahun 2019 telah dinyatakan berakhir pada akhir Juli lalu. Kondisi netral masih berlanjut hingga akhir tahun 2019.
4. Hal ini menandai tahun 2020 nanti diperkirakan tidak ada potensi anomali iklim yang berdampak pada curah hujan di wilayah Indonesia. Curah hujan akan cenderung sama dengan pola iklim normal (klimatologisnya).
Saat ini di Bulan November 2019, sebagian wilayah Indonesia telah memasuki musim hujan. Selanjutnya Musim kemarau umumnya akan dimulai pada bulan April - Mei hingga Oktober 2020.
5. BMKG terus memantau perkembangan cuaca, iklim, gempabumi & tsunami selama 24 jam, serta selalu menginformasikannya pada masyarakat dengan pemutakhiran. Apabila terdeteksi adanya perkembangan fenomena atau gejala anomali, akan segera diinformasikan melalui kanal resmi BMKG.
Masyarakat dihimbau untuk tidak termakan isu/hoax dan agar terus mengupdate informasi BMKG melalui kanal resmi; aplikasi android dan iOS "Info BMKG", Twitter @infoBMKG dan website BMKG,
Usai menginformasikan kabar tersebut hoax, kali ini BMKG juga mengunggah fakta baru terkait bertambahnya titik panas di Indonesia.
Pasalnya, titik panas di Indonesia mengalami peningkatan 7 poin dibandingkan sebelumnya, yaitu 273 titik dari 266 titik
NNT disebut jadi penyumbang terbanyak dengan jumlah 52 titik dan disusul Sulteng dengan 43 titik panas. (*)
Viral Polisi Tembak Polisi, AKP Dadang Iskandar Nekat Tembak Juniornya hingga Tewas, Ternyata Sempat Beri Ancaman Ini ke Polisi Lain
Source | : | YouTube,Twitter |
Penulis | : | Novita Desy Prasetyowati |
Editor | : | Novita Desy Prasetyowati |