“Saya yakin melihat makhluk gaib saat sedang ‘ketindihan’, kok!”
Sleep paralysis terjadi saat mekanisme otak dan tubuh menjadi tumpang tindih, tidak berjalan selaras saat tidur sehingga menyebabkan kita tersentak bangun di tengah siklus REM.
Saat seseorang terbangun sebelum siklus REM usai, otak belum siap untuk mengirimkan sinyal bangun sehingga tubuh masih dikondisikan dalam keadaan bermimpi, alias setengah tidur setengah sadar.
Maka dari itu, kamu akan merasakan tubuh kaku, sulit bernapas, dan tidak bisa berbicara saat ‘ketindihan’.
Seringnya, fenomena ini diikuti oleh halusinasi.
Banyak yang melaporkan bahwa mereka melihat sosok hantu, setan, dan bayangan hitam selama mengalami ‘ketindihan’.
Halusinasi adalah efek yang umum terjadi saat tubuh dan pikiran dalam keadaan setengah sadar, meskipun tidak selalu terjadi pada setiap kasus.
Lamanya waktu ‘ketindihan’ dari setiap orang bisa berbeda-beda, beberapa detik hingga beberapa menit.
Setelah gejala ‘ketindihan’ usai, kamu akan dapat kembali berbicara dan bergerak dengan normal.
Apa yang harus saya lakukan saat sedang ‘ketindihan’?
Tenang, jangan dilawan. Melawan balik hanya akan memperparah kondisimu. Selain itu, melawan balik hanya akan meningkatkan intensitas rasa takut dan panik untuk segera terbebas yang justru akan memicu reaksi otak untuk memperkuat sensasi “setengah bangun, setengah tidur” ini.
Kontrol rasa takut Kemampuan untuk mengontrol rasa amat diperlukan untuk menghadapi kondisi ini. Jika dada terasa tertekan, visualisasikan bahwa kamu ikut mendorong masuk tubuh mengikuti tenaga yang menekan kamu. Dengan demikian, otak kamu akan perlahan memilih melakukan aksi dari dua pilihan: melanjutkan mimpi, atau bangun sepenuhnya.
Gerakan jari kaki Sebagian besar ‘ketindihan’ terjadi di tubuh bagian atas. Untuk mengatasinya, coba kerahkan seluruh konsentrasi untuk mengatur napas, gerakkan jari-jari kaki, gerakkan otot-otot muka (seperti mencium sesuatu berbau aneh), atau kepalkan tangan beberapa kali. Umumnya, hal ini akan membuat kamu bisa bergerak lagi.
Jadi, tindihen murni ilmiah. Bukan mistis. (Agus Surono) (*)